Beberapa waktu yang lalu kita melihat sebuah fenomena yang baru di Indonesia, civil war (kayak lagu GNR yah). Yaitu kejadian dimana Pihak Kementrian Perhubungan menyatakan bahwa mereka ingin menghapuskan semua basis transportasi online untuk diterapkan di Indonesia.
Yang lucunya lagi nih, Pihak Departemen Perhubungan lewat Bapak Mentrinya Pak Jonan, mengumumkan berita pada malam hari dan dilakukan efektifnya untuk esok harinya, bahwa semua transportasi yang berbasis online harus segera dihapuskan karena tidak sesuai dengan beberapa materi perundang-undangan di Indonesia.
Seperti dibuat tanpa disosialisasikan maka semua pengguna atau penikmat dari transportasi ini teriak bersamaan di Media sosial. Dan lucunya seperti tidak ada koordinasi kepada orang nomer satu di Indonesia, beliau (Pak Jonan), langsung mengeluarkan peraturan tersebut.
Sontak dari Bapak Presiden mengumumkan keesokan harinya, bahwa semua transportasi berbasis online masih boleh beroperasi kembali.
Sejujurnya, sejak dimulainya era transportasi berbasis online ini, gue dalam menjalankan Studio gue sangat terbantukan. Dimana proses mengantar barang itu memang salah satu kegiatan yang menjadi penghambat pada usaha gue ini.
Kalau seumpama gue membuat satu divisi untuk distribusi barang, sudah tentu gue belum mampu karena gue fikir ini masih sangat premature untuk mengambil langkah membuat satu divisi untuk logistik. Gue cuma memiliki unit usaha yang belum besar, dengan mengadakan unit untuk logistik tentu tidak semudah itu melakukannya. Harus dengan rencana yang matang, karena itu akan berhubungan dengan cost pengeluaran dari Studio gue sendiri.
Adanya Gojek, Grabcar merupakan solusi banget buat usaha gue. Dimana gue bisa melakukan proses pengantaran menggunakan jasa mereka. Gue sering gunakan jasa mereka untuk melakukan pengantaran barang produksi yang dipesan oleh Client Gue. Yaitu dari Workshop gue di Kebayoran ke tempat-tempat client gue.
Bayangkan saja gue kirim barang dari Kebayoran ke daerah Tanjung Priuk gue hanya mengeluarkan biaya Rp. 98.000 dengan menggunakan Grabcar. Dimana nanti sesampainya mereka disana Driver dari Grabcar akan langsung menghubungi client gue yang ada disana.
Efisien bukan ? dimana semua bisa dilakukan hanya dengan membuka aplikasinya. Total biayanya terlihat jelas, tidak ada lagi ketakutan akan mahalnya biaya transportasi karena macetnya kota Jakarta ini. Kalau kita compare sendiri dengan Taxi misalnya, tentunya tarif yang akan dikeluarkan biasanya tidak menentu. Kalau kondisinya macet parah, gue yakin harga Rp. 98.000 itu tidak akan pernah terjadi jika kita menggunakan taxi.
Sebenarnya kalau kita kaji sedikit lebih keluar dari topik yang ingin gue sampaikan, sudah saatnya memang para pelaku usaha untuk jasa transportasi seperti Taxi itu bebenah diri akan arogannya mereka menciptakan biaya argo untuk taxi mereka.
Bukan hanya barang saja yah gue coba ilustrasikan, akan tetapi gue sendiri, saat sekarang mulai males menggunakan mobil pribadi untuk bepergian ketemuan dengan client. Begini nih ilustrasinya, kalau gue bawa mobil sendiri bergerak dari bilangan Pamulang menuju tengah kota misalnya, taro deh gue kemarin mondar-mandir ke Kementrian BUMN dibilangan Monas, gue harus mengeluarkan bensin minimal Rp. 100.000,- untuk mobil gue.
Plus, gue harus diberikan kejutan-kejutan menghadapi macetnya ibukota Jakarta. Berfikir mencari jalan yang macetnya gak parah-parah banget lewat GPS aplikasi. Tidak jarang juga yang udah gue liat di GPS pada saat berencana pergi dari rumah tidak macet, saat sampai dilokasi macetnya parah.
Kalau udah macet nih, biasanya gue minggir nyari Indomaret atau Alfamart untuk beli cemilan, kebayang banget kalau macet kita diem aja gak nyemil buat berdamai sama macetnya Jakarta. Radio, AC sudah tidak bisa lagi menjadi penghibur yang baik melawan macetnya Jakarta, biasanya cemilanlah yang bisa mengusir rasa BT gue ditengah jalan.
Itu biasanya sudah menghabiskan uang gue lagi Rp. 50.000,- untuk sekali mampir di tempat tadi membeli cemilan. Luar biasakan ? jadi minimal gue harus mengeluarkan uang Rp. 200.000,- dengan rincian bensin dan membeli cemilan pulang dan pergi.
Gue pergi menggunakan Grab Car itu kalau gue pesen berangkat melalui pengalaman gue kemarin, jalan dari Pamulang ke Kementrian BUMN itu Rp, 68.000,- (gue berangkat sekitar pukul 11.00 WIB). Dan pulangnya dari sana menghabiskan biaya Rp. 75.000,- (Pulang jam 22.00 WIB). Dan yang lebih menyenangkan lagi buat gue, begitu masuk grab car biasanya gue bilang " Pak ke Kementrian BUMN di samping monas ", lalu tidak lama "Zzzzzzzzzzzzzz", gue tidur. Lumayan bisa numpang istirahat didalam mobil.
Gue tidak perlu mikirin lagi mau lewat mana, karena udah ada yang mikirin. Kalau ditanya sama drivernya mau lewat mana, jawaban gue simple, "Terserah Bapak enaknya lewat mana". Karena gue sangat tahu sekali, gak mungkin mereka berlogika kalau ditinggal tidur maka mereka biasanya akan mencari jalan yang tercepat. Karena setelah gue interview beberapa kali dengan supir grab car, mereka harus menyelesaikan minimal 10 order baru bonus buat mereka lumayan untuk mereka bawa pulang. Jadi dengan keadaan seperti itu, tidak mungkin ketika gue tinggal tidur mereka melakukan perjalanan ketempat tujuan gue menggunakan metode melingkar ke titik kordinat terjauh dari lokasi. Yang pasti mereka akan mencari jalan yang terdekat, kalau bisa secepatnya mereka sampaikan gue ketujuan maka tidak ada alasan mereka membuat rute terjauh dari tujuan gue.
Lalu, sepanjang gue menggunakan Jasa Transportasi ini (Grab Car), gue gak pernah menemukan driver yang ugal-ugalan, karena mereka harus menyelesaikan 10 Order yang seperti tadi gue bilang. Mereka tetap membawa tamu mereka dalam kondisi yang bisa terbilang nyaman buat gue.
Jadi alasan gue apalagi untuk mengendarai mobil pribadi kalau sudah begini ?
Pastinya gue akan lebih memilih untuk menggunakan jasa transportasi yang berbasis online yang nyaman gue gunakan. Pengalaman gue menggunakan taksi, masih ada beberapa kali gue temui, mereka ngebut dan selalu ngedumel karena macet. Padahal gue dalam hati gue bingung juga yah, kan macet argo mereka tetap jalan bukan ?
Untuk jasa pengantaran barang pengalaman gue menggunakan Grabcar dan Gojek, barang gue selalu sampai kok ketempat client. Walau awalnya gue pertama kali deg-deg an, karena kadang ada barang yang gue minta antar kepada mereka yang sifatnya ingin dipakai untuk event yang mepet sekali waktunya. Tapi Alhamdulillah, sampai sejauh ini tidak ada driver yang nakal, barang sampai tujuan semua.
Gue bisa bilang, ini adalah sebuah inovasi ditengah-tengah orang tidak percaya kepada angkutan umum. Ini bisa jadi solusi buat mereka yang menggunakan mobil pribadinya untuk pindah kepada angkutan umum online ini. Kenyamanan dimulai dari, setiap kita pesan kita sudah mendaftarkan diri kita kepada server masing-masing penyedia jasa (grab atau Gojek). Jadi kita tidak perlu lagi khawatir terhadap kejahatan-kejahatan yang terjadi seperti beberapa waktu yang lalu marak diberitakan yang terjadi dengan angkutan umum taksi. Walaupun itu hanya oknum yah, sekali lagi gue interview kepada driver grab, kejadian seperti itu hampir bisa dibilang belum ada untuk grabcar.
Dan kemarin gue denger-denger dari kawan, mereka perlahan mulai meninggalkan mobil pribadinya untuk beralih ke Grabcar. Ini solusi bukan ? asal jangan dipolitisasi lagi aja nantinya, dibuatkan berita propoganda seolah-olah grabcar tidak aman buat tamunya.
Bahkan ada beberapa kawan saya juga yang tadinya addict dengan taksi sekarang mulai beralih kepada grabcar. Itu dikarenakan setelah dia ukur dengan meng-compare dua jenis jasa transportasi ini, jelas menggunakan grab car jauh lebih bisa menekan biaya pengeluaran.
Jadi kalau memang Pemerintah serius untuk membuat pengurangan mobil pribadi dijalanan dan berharap orang percaya kepada transportasi masa, maka saatnya sekarang Pemerintah mengambil jalan untuk terus bisa mengembangkan, membantu, dan support kepada jenis angkutan umum yang seperti ini. Tidak usah berfikir mereka akan didemo oleh ribuan supir taksi, tapi buatlah sosilasasi bahwa taksi pun harus bisa menyeimbangkan model transportasi mereka seperti kompetitor mereka yang baru seumuran jagung ini.
Kalau kita bisa lihat dan tidak tutup mata, inilah yang dibutuhkan akhirnya dari masyarakat tentang transportasi masa idaman mereka. Bukan dari saya pribadi saja loh barometernya, tapi coba aja tarik suara menggunakan survei kepada masyarakat khususnya Jakarta, pasti harapan mereka hampir sama.
Jangan memaksakan para pebisnis itu untuk menggunakan metro mini, angkot, dan angkutan masa yang modelnya konvensional. Karena itu jujur kalau gue bilang itu tidak akan berhasil. Buat beberapa kawan gue bilang angkutan umum konvensional itu tidak akan pernah bisa menciptakan rasa aman kepada penumpangnya.
Yah memang kalau bisa dikaitkan kembali kepada PR Pemerintah itu, sudah pasti kita tahu salah satunya adalah mengurai kemacetan. Kita juga sudah sama-sama tahu, menambah volume jalan sudah banyak terbukti tidak selalu efektif untuk mengurangi kemacetan. Mudah-mudahahan dengan berpindahnya orang bisa menggunakan transportasi masa jenis online ini akan terintegrasi dengan menyelesaikan PR Pemerintah dalam mengurai kemacetan.
Dan gue juga selalu berharap, kalau memang Pemerintah mau mencoba mendengarkan kebutuhan akan masyarakatnya. Dimana kita sama-sama tahu lah, cara beliau-beliau menjalankan pemerintah pada saat sekarang ini juga sudah banyak yang menggunakan metode-metode Teknologi dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
Dan akhirnya kita bisa menormalisasi kota dari kemacetan dengan cara membuat inovasi-inovasi baru lagi. Gue selalu menunggu saat itu terjadi. Salah satu varian dari keberhasilan bisnis adalah rentang waktu distribusi yang menjadi tulang punggung dari permasalahan untuk semua jenis industri. Kalau memang jarak tempuh 30 KM bisa dilalui dengan rentang waktu 1 jam, maka yang dinamakan distribusi akan bisa sampai tepat waktu kedepannya.
Salam Kreatif,
Arie fabian
Comments
Post a Comment