Quantity dan Quality Sebuah Pekerjaan


Ketika kita membangun sebuah usaha, maka yang menjadi sebuah pertanyaan adalah kita mau menetapkan positioning pada usaha kita dimana. 

Terkadang masih banyak orang yang rancu akan permasalahan itu. Ketika kita memberikan harga murah, maka ketakutan atau momok yang ada didalam diri kita adalah kita gak mau juga dibilang murahan. Karena memang banyak orang yang terjebak di perang harga akhirnya lengser alias bangkrut. 

Kalau dari gue sendiri, untuk sebuah usaha yang gue tanamkan adalah quality dan quantity. Jadi bagaimana itu bisa berjalan bersamaan, sedangkan quantity itu sendiri adalah musuhnya dari quality, karena memang bagi para pengusaha yang baru merintis yang notabene-nya baru memiliki sdm yang tidak begitu banyak, bicara quantity ini memang bicara musuh dari quality.

Jadi ketika kerjaan itu banyak maka dengan SDM yang sedikit akan sangat sulit sekali menjaga kualitas yang terus menerus prima. 

Kalau dari gue quantity itu gue ibaratkan adalah retail dan quality itu gue selalu bilang itu adalah big bang project. Kita juga gak mungkin bisa mengandalkan big bang project karena memang bigbang itu bagi sebuah usaha yang masih merangkak seperti yang gue bangun yang memiliki networking pas-pas an akan sangat sulit sekali. 

Retail akan mengantarkan kita kepada ikan yang lebih besar, dengan satu syarat kalau menurut gue pribadi, ketika dapat ikan yang besar, jangan lakukan treatment yang sama dengan retail. Karena kalau memang memperlakukan treatment yang sama, maka itu akan menghasilkan profit yang sama dengan retail. Itu banyak sekali yang memang terjebak memperlakukannya. 


Kalau gue sih realistis aja, kalau memang kita sudah berhitung opex, maka kita seharusnya tahu berapa gelas yang akan kita isi air. Kalau memang kita bermain di Big bang sudah bisa mengisi semua gelas, maka yah sudah gak usah capek-capek mikirin retail.

Cuma permasalahannya, usaha sekarang ini bergeraknya cepat sekali. Kita bisa memukul client dengan bigbang sekali dua kali setelah ketiga kali kita akan dicompare dengan vendor lain, maka transaksi yang keempat akan menjadi seolah-olah pekerjaan tersebut adalah profit retail, pernah ngerasain gak ?

Apalagi buat seorang yang bangun usaha dari 0 (network gak ada, modal pas-pas an), akan sangat sulit sekali kita menuju bigbang project. Sepanjang kita mencari bigbang project tersebut, sepanjang itu opex harus dikeluarkan, nah kalau memang tidak cukup modalnya, biasanya akan berhenti ditengah jalan alias ngos-ngos an.Karena menanggung opex tidak sama dengan pemasukannya, karena tahun pertama biasanya habis dipengelolaan pengeluaran untuk promosi.

Maka dari itu biasanya retail lah yang gue gunakan untuk menjaga stabilitas keuangan bulanan. Dana yang dikeluarkan untuk promosi dipakai memang dari modal, tapi opex itu harus dibayarkan lewat pemasukan pekerjaan, dengan begitu maka kita gak akan kehabisan peluru untuk menembak musuh-musuh kita (Client).

Kalau usaha yang gue jalankan ada dua jenisnya, Jasa dan Barang. Semuanya untuk kebutuhan marketing support. Nah dari sana biasanya gue memilah-milah, mana yang bisa gue jadikan retail dan mana yang bisa gue jadikan bigbang.

Barang yang gue punya ini selalu bentuknya adalah instalasi, seperti billboard, Both pameran, Cetakan. dan sebagainya. Dimana ada beberapa material yang memang bisa gue jadikan retail. Sebagai contoh adalah cetakan. Mau diapa-apain cetakan ini sudah tidak bakal bisa gue jadikan bigbang, sudah hancur lebur baik harga maupun jenis pekerjaannya.

Percetakan sudah hampir sama jenisnya dengan ATK sekarang. Dimana sudah bisa diukur pagu-nya dan sudah bisa ditakar keuntungannya. Biarpun besar quantity-nya maka akan sebanding dengan besar juga resikonya. Jadi seberapa banyak pun gue dapat pekerjaan pengadaan percetakan gue bisa bilang keuntungannya adalah keuntungan retail.

Kalau bigbang-nya seperti membuat both untuk pameran. Layaknya seorang konsultan yang memang tidak punya titel di pendidikannya, maka gue biasanya memberikan beberapa layanannya. Baik jasa untuk pembuatan desain 3D nya sampai dengan produksi dari both-nya itu sendiri.


Nah sekarang tinggal gue ukur aja, berapa liter air yang harus gue cari untuk memenuhi gelas yang ada didapur gue. Setelah ketemu literannya, maka akan segera diskusikan kepada team untuk mencari air yang gue butuhkan.

Gampang ? 

Gue bilang nggaklah, karena gue bilang diatas, gue bukan seorang usahawan yang memang lahir dari perutnya Istri dari Bob Sadino. Maka yang gue harus lakukan terus jaring koneksi dan membuka koneksi. Semuanya gue lakukan secara perlahan dengan terus menjalin hubungan baik dengan setiap orang. Memberikan informasi kepada orang banyak tanpa harus mengirim iklan.

Karena sekarang kalau gue bilang, orang udah gak mau menerima iklan. Gue hanya bisa memberikan informasi akan apa yang gue kerjakan tanpa harus menawarkan hard selling.

Jadi Quanity dan Quality itu kembali lagi kepada keperluaan sebuah Perusahaan. Dan gue sih bilang, gak ada salahnya kalau kita memang mengejar quantity (Retail) kalau memang kita masih belum bisa meraih bigbang nya.

Ilmu orang usaha itu sifatnya gak mutlak-mutlak banget kok, kalau menurut gue. Dimana lo baca biografinya steve job terus lo dalemin cara dia berjualan, bukan suatu hal yang mutlak kok untuk bisa berguna100 persen pada usaha lo. Minimal ada yang gak cocok kita terapkan karena biasanya terbentur culture atau kebiasaan di setiap negaranya berbeda-beda.

Jauh yang lebih penting buat gue adalah, evaluasi dan terus evaluasi. Bebenah diri, dan selalu memperbaiki, itu jauh lebih penting. Dengan membaca banyak kisah orang-orang yang sukses di Marketing bisa dijadikan refrensi untuk Anda bisa mempertimbangkan, mana yang cocok Anda gunakan untuk usaha Anda dan mana yang tidak.

Kalau lo sama kayak gue, sesama kawan gue cuma bisa kasih semangat, jatuh, rugi, nombok, bukan barometer lo tidak akan berhasil. Tapi itulah sebuah perjalanan, dimana siapapun pasti mengalaminya. Tetap semangat selalu yah kawan.





Salam Kreatif,
Arie fabian

Comments