2 Tipe tentang Belajar


Kalau kita berbicara belajar, maka banyak hal yang dapat kita lakukan. Gue dulu pernah bilang, walau kita tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan sekolah kepada jenjang kuliah, tapi seharusnya kita tidak boleh menyerah. 


Karena Gue akhirnya melihat sebuah kenyataan yang memang nampak didepan mata gue, dimana ada dua tipe orang belajar dari 2 orang yang berbeda sekaligus. 

Orang pertama yang gue kenal adalah, orang yang seperti kebanyakan. Dimana dia menjalankan kuliah, mengambil sebuah bidang, dimana akhirnya dia bekerja pada bidang yang sama pada saat dia kuliah dulu. Model ini memang tidak nampak sensasionalnya, Karena memang sangat normatif pada kehidupan yang memang kita sedang jalani pada saat ini. 

Yang jadi permasalahan adalah tidak sedikit orang juga yang tidak mampu melanjutkan kuliah, dan akhirnya mereka masih banyak yang kebingungan, alias setengah putus asa. Dimana bila dia bekerja memang jelas sekali mereka jarang sekali yang berhasil mengemban satu tugas dimana otak yang berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan, kebanyakan dari mereka biasanya dipakai hanya sebatas tenaganya saja. Karena memang mereka masih sangat kuat sekali untuk urusan tenaga. 

Dan tidak sedikit pula yang gue perhatikan akhirnya mereka terjebak pada umur yang dimana pada saatnya tenaga yang dia miliki sudah tidak sepenuh pada saat dia melamar pekerjaan sekitar 15 tahun yang lalu. 

Tapi gue juga bisa melihat sebuah contoh, tidak sedikit juga orang yang tidak bisa melanjutkan kuliahnya memiliki semangat yang luar biasa. Bahkan sekarang dia bisa mendirikan CV, PT atau usaha apapun yang mereka rintis dan maju. 

Jadi kalau menurut gue memang akhirnya ada dua cara orang bisa belajar. Yang pertama memang seperti yang gue jelaskan seperti diatas, normatif. Dan cara kedua dengan kuliah yang dosennya adalah pengalaman. 

Lalu timbul pertanyaannya gini (kebiasaan orang Indonesia) : 
MANA YANG LEBIH BAIK ? 

Jawaban gue : 
Kedua-duanya baik kale ......

Jangan cuma menganggap kebaikan itu hanya dimiliki oleh orang yang berduit saja. Kebaikan itu pasti bisa dimiliki oleh siapa saja. Karena gue lihat sendiri, caranya Tuhan membagi sinar matahari buatannya tidak hanya untuk satu golongan saja. 

Pengalaman dosen yang sangat baik. Karena memang pengalaman banyak sekali memberikan kita pelajaran yang akhirnya kita bisa lebih banyak tahu, lebih kuat dan yang terpenting lebih masuk akal. 

Gue lihat dan memperhatikan kawan gue, dimana dia sangat tekun dalam satu bidang, mencari materi lewat internet, mencari kawan yang memang bergelut dibidang yang dia inginkan, bertanya, kerja ditempat yang dia inginkan, dan akhirnya dia sekarang dipercaya menangani pekerjaan-pekerjaan besar yang kalau kita fikir itu tidak akan mungkin dikerjakan oleh orang yang memang tidak kuliah. 

Kalau didunia kayak gue malah lebih banyak lagi, desainer yang kelahiran tahun 80 an kebanyakan jarang sekali yang kuliah DKV, karena memang biasanya mereka sudah kerja duluan baru ada kampus yang memberikan mata kuliah DKV. 

Jaman gue dulu kuliah untuk berkesenian itu hanya ada beberapa kampus saja. IKJ memang tempat favorit untuk mengejar bidang kesenian. Tapi orang tua jaman dulu tahu sendiri lah, mau berkesenian itu sangat sulit sekali. Dimana mereka bilang bidang kesenian itu tidak akan memiliki masa depan yang cerah. Kesenian itu bukan pilihan Profesi, kesenian itu hanyalah pekerjaan orang yang banyak uang, setidaknya itulah yang ada difikiran nyokap gue. 

Dan dibeberapa orang tua jaman dulu, menurut gue pemikirannya hampir-hampir miriplah dengan itu. Karena yang gue temuin bukan nyokap gue doang seorang pada saat itu, pada nyokap-nyokap kawan gue juga banyak yang memiliki pemikiran itu. 

Tapi kalau memang akhirnya sekarang banyak yang bisa bekerja karena memang dibidang seni itu masih sangat menghargai pengalaman, maka sudah gue bilang itu sudah seperti hal biasa. 

Nah kalau kawan yang gue ceritain ini, tentunya bidangnya bukan seni melainkan IT. Luar biasa banget kan, dia menggeluti bidang IT dan memiliki keahlian dibidang Networking. Jadi gue ingat pada saat dia dulu bekerja dengan sebuah kantor, dia bilang kegue, kalau pada saat dia bekerja itu, dia mencari pengalaman saja, bukan uang. 

Uang yang dia dapatkan sebenarnya tidaklah banyak berlebih disetiap bulannya, karena memang gajinya dia pada saat itu tidak cukup besar. Dia belajar hampir 5 tahun pada kantor itu, sampai dipercaya untuk mengerjakan instalasi kabel Jaringan sendirian untuk Provider ternama di Indonesia. Awalnya dia agak sedikit gugup, tapi gugup itu sendiri mampu dia atasi. 

Itu merupakan titik awal dimana semuanya akhirnya berubah, banyak orang yang melihat kepadanya untuk mempertimbangkan kalau memang dia memiliki kecermatan dalam menyelesaikan masalah. Dan akhirnya pada saatnya dia keluar dari kantor tersebut dan buka usaha sendiri. Berawal dari Toko kecil hingga akhirnya bisa memiliki Perusahaan, jangan kebayang kayak microsoft loh yah. 

Pada saat dikantor, dia berhitung, berdiam diri disana tidaklah menguntungkan buat dia. Karena memang akhirnya faktor ijazah jugalah yang dia perjuangkan, dia tidak akan bisa naik grade kalau memang bukan S1, maka dari itu dia memilih untuk keluar dibanding dia habiskan semua waktunya dikantor itu. 

Dia belajar dari kesalahan yang dia lakukan, dia belajar mengikuti orang yang memang sudah ahlinya pada bidang IT, dia belajar pada kondisi-kondisi tertentu dimana belum tentu kita bisa dapatkan kondisi itu pada saat kita disekolah formal. Jadi ada dua pelajaran yang dia dapat sekaligus, yaitu pelajaran Formal dan Informal. 

Kekuatan mentalnya teruji pada saat dia mendapatkan tekanan pada saat dia bekerja pada kantor yang dia singgahi. Dia banyak mengkaji banyak sekali yang dia dapati pada saat dia bekerja dikantor tersebut. Lalu pertanyaannya berikutnya muncul lagi : "dia ngelakuin itu bener gak ?

Jawaban gue : 
Yah benerlah. 

Salahnya dimana ? 
Ada yang terlalu mendramatisir bahwa dia berkhianat pada kantor, kalau gue bilang sih nggak sama sekali. Dia bekerja sesuai dengan porsinya. Kalau memang dia akhirnya bisa itu karena memang dia mampu menyikapi keadaan, dari yang orang anggap gak penting menurut dia penting. Dia memiliki sudut pandang berfikir yang berbeda. Dan satu sih kalau gue bilang, dia tidak males dan tidak mau menjebakkan diri didalam kemalasan yang akhirnya akan membuat dia putus asa. 

Dan akhirnya dia sering jadi guru gue, bukan masalah IT nya yang gue tanya, tapi lebih tepatnya belajar keberanian dia dalam mengambil keputusan dan tindakan. Jadi kalau menurut gue, belajar itu bisa sama siapa aja kok, bahkan sama apa aja. 





Salam Kreatif, 
Arie fabian 

Comments