Berbicara tentang sebuah komitmen


Akhirnya gue bisa menyimpulkan setelah mengalami beberapa pengalaman berbicara tentang komitmen. 

Komitmen biasa dilakukan oleh 2 orang atau lebih diatas sebuah perjanjian dimana kita diberikan tanggung jawab dan tugasnya masing-masing. Komitmen dibangun untuk mendasari sebuah hubungan kerjasama. Nah gue sering banget melakukan komitmen kepada banyak orang, baik client, partner maupun internal usaha gue.

Kesimpulan gue tentang komitmen ini adalah, akhirnya kita cuma ada dua kategori dalam urusan komitmen ini. Yang pertama adalah komitmen dengan orang dewasa yang kedua komitmen dengan anak-anak.

Cukup dua saja yang sudah sering banget gue lihat menurut kejadian yang gue alami. Kenapa 2, karena modelnya memang cuma dua. Kalau komitmen dengan orang dewasa maka dia akan menepati dan full bertanggung jawab atas apa yang pernah diucapkan dan tertulis didalam surat perjanjian.

Yang kedua adalah komitmen dengan anak-anak, sebisa mungkin orang ini akan berkelit ketika ditanya tentang apa yang sudah kita sepakati bersama. Gue tidak melupakan variabel manusia bisa luput dari salah. Tapi untuk yang anak-anak diatas tadi, kalau dia melakukan pelanggaran pada komitmen yang sudah dibuat, maka dia akan mengakal-ngakali apa yang sudah tertulis.

Ternyata masih banyak orang yang memang tidak mengerti dengan benar tentang arti komitmen ini. Jujurnya gue masih sering banget mengalami hal-hal yang demikian bersama dengan partner berbisnis gue. Dan biasanya memang yang sering melanggar komitmen bukan orang-orang yang berpendidikan rendah, justru orang-orang yang berpendidikan tinggi.

Biasanya mereka menganggap letter atau perjanjian diatas surat itu pasti memiliki sebuah kelemahan, baik dari urutan kata, kalimat, atau apapun yang membuat mereka berani untuk melanggar komitmen tersebut.

Gue jujurnya memang paling benci kalau memang orang berambisi untuk pintar hanya untuk membodoh-bodohi orang yang tidak pintar. Kalau memang tujuan dia mencari ilmu untuk mengakal-ngakali orang-orang yang tidak setinggi dia ilmunya. Dan kenyataannya itu masih banyak sekali diluar sana.

Buat gue sayang sekali kalau memang kita hidup hanya untuk itu. Dimana kita selalu memangsa kawan kita sendiri hanya untuk kepentingan sesaat. Dengan begitu kita hanya merusak network perkawanan yang sangat sulit kita bangun.

Kalau buat gue komitmen itu lebih berharga dari uang sekalipun. Gue gak pernah berani melanggar komitmen yang udah gue bangun, baik dengan internal usaha gue, maupun client-client gue. Itu sakral yang tidak bisa diabaikan. Karena kalau dalam membangun usaha tidak bisa dipegang komitmennya maka sebanyak apapun uang yang ada di Perusahaan itu pasti akan ludes, pasti.

Bahkan jauh sebelum kepada client, untuk komitmen profesi gue sendiri gue jagain kok. Dimana gue gak pernah mau mengerjakan pekerjaan yang diluar dari kemampuan gue alias tidak bisa gue kerjakan. Karena lebih baik bilang tidak bisa daripada bisa tapi nanti merusak komitmen. Karena dengan begitu gue bisa dipercaya oleh orang yang sudah percaya sama gue.

Beberapa kali orang menawarkan untuk mengerjakan pekerjaan yang untungnya menggiurkan. Dan beberapa kali orang memberitahukan kepada gue, kalau bidang yang gue jalani untungnya tidak sebesar dengan yang dia jalani. Dia menawarkan untuk gue pindah atau ganti role bisnisnya, tapi gue gak pernah mau. Buat gue, rezeki ditanggung Tuhan, gue cuma mau berusaha menjalani apa yang bisa gue jalani. Sampai ini selesai, sampai ini bisa menjadi Nasional, bahkan Internasional kalau bisa.

Jadi gue harus bertanggung jawab terhadap janji yang ucapkan kepada Tuhan lewat doa gue bahwa gue ingin menjadi seperti sekarang ini. Kalau gue tidak bisa menepatkan janji gue, maka komitmen gue sama Tuhan jadi batal, itu sangat mengerikan buat gue.




Salam Kreatif,
Arie fabian

Comments