Bikin Undangan Pernikahan bisa Rie ?
Jawaban gue, bisa. Cuma gue udah jarang banget bahkan udah cenderung meninggalkan untuk membuat undangan pernikahan. Kalau ditanya kenapa, jawabannya simple, gue sih agak kurang tertarik aja.
Undangan Pernikahan itu adalah sesuatu yang sangat unik, Personal, dan memang sangat sakral. Gue menilai itu sangat sakral karena memang ini adalah sebuah acara yang diselenggarakan dan diusahakan untuk dilakukan seumur hidup sekali.
Itu adalah nilai gue kepada benda yang satu ini. Tapi terkadang, tidak banyak orang yang menyadari itu, karena akhirnya didalam benak mereka, undangan adalah satu benda yang akan dibagikan, toh akhirnya akan dibuang oleh orang lain. Padahal kalau didalam pandangan gue nggak begitu. Gue sendiri aja masih menyimpan undangan pernikahan gue sampai sekarang, karena undangan ini bisa menjadi cerita sendiri buat gue kalau gue lihat kembali.
Pengerjaan pembuatan undangan dari mulai visual sampai dengan proses produksinya juga lebih sulit dari pembuatan yang lainnya. Dari mulai pembuatan visualnya, itu nama orang, titel, dan sebagainya lebih harus diteliti kalau gak mau dicaci maki oleh kedua belah pihak. Baik dari pihak yang ingin menikah maupun dari pihak seberangnya.
Maka kesimpulannya, harus diteliti, dicek dua sampai 4 kali untuk mencegah terjadinya kesalahan dikemudian hari. Dari proses produksinya, juga sama halnya demikian.
Kita harus bisa menyesuaikan bentuk, ornamen-ornament tambahan seperti : Pita, Foild emas, Embos dan sebagainya. Jujur, kalau gue diminta membuatkan undangan pernikahan, gue gak suka mengerjakan dengan bentuk yang sudah jadi alias template. Biasanya gue bikin dari awal semuanya.
Mulai dari perencanaan bentuk, desain sampai dengan proses produksi dan finishingnya. Jadi itu seru banget, dan memang akhirnya berasa ada proses kreatif disitu. Kalau memang harus diminta, bentuk yang sudah jadi tinggal ganti nama dan sebagainya, gue sih kurang tertarik. Gue lebih menganjurkan mereka untuk langsung aja buat di Percetakan.
Kalau kebanyakan orang membuat undangan menggunakan sisa budget setlelah semuanya sudah dianggarkan. Karena kebanyakan orang lebih memikirkan gedung, Katering, dsb. Baru mereka terakhir akan membuat undangan. Dan mengesampingkan hal-hal estetika asal budget masuk. Bikin aja yang murah mas, nanti juga akan dibuang-buang, kalimat seperti ini sebenarnya sangat mengganggu proses kreatif.
Kalau memang ingin dibuang-buang, brosur juga untuk sebuah produk dibuang-buang, tapi mereka gak pernah dalam proses pembuatannya harus ada pesan, nanti juga dibuang-buang. Bicara penikahan, Undangan itu harusnya sifatnya lebih sakral dibandingkan alat atau media promosi.
Undangan ini jauh lebih representatif personal kita kepada orang yang akan diundang. Kita sebagai personal adalah bagian dari undangan tersebut. Cara kita menghargai orang lain itu diwakilkan oleh undangan. karena kita berencana untuk mengundang mereka.
Brosur itu jauh dibawah undangan jika bicara tatanan medium yang sama-sama diberikan kepada orang lain. Tapi pada saat proses pemnbuatan, lebih dihargai membuat media brosur dibandingkan undangan pernikahan.
Gue tulis ini sih bukan ingin berkeluh kesah, hanya sedikit memberikan pandangan saja kepada orang yang mampir di blog gue. Bahwa kesalahan persepsi ini memang banyak sekali terjadi di luar sana. Maka kalau udah gak ada proses kreatifnya, gue lebih gak tertantang untuk membuatnya.
Bukan juga sok mahal, gue tahulah tentang hajat yang besar yang akan diselenggarakan, gue ngerti kalau mereka juga akan mengeluarkan uang besar untuk satu hal yang sangat sakral kepada hidup mereka. Gue cuma bicara tentang proses berkreatifnya saja yang dibunuh, cuma itu saja. Kalau bicara masalah budget kita bisa sama-sama fair dan dibicarakan, buat gue sih itu gak ada masalah sama sekali.
Jadi karena hal-hal itulah gue jadi sangat jarang sekali membuatkan visual untuk undangan pernikahan apalagi sampai produksinya. Kalau ditanya bisa ? jawabann gue bisa.Tapi gue lihat-lihat orang deh.
Untuk membuat sebuah undangan, Prosesnya panjang, Produksinya juga sangat panjang. Tapi cara menghargai orang kepada perencana, kepada orang produksi, jarang sekali mereka menghargai prosesnya.
Salam Kreatif,
#ariefabian
Comments
Post a Comment