Jadi desainer Grafis kan gampang yah ? tinggal buka photoshop, edit, edit terus save, Yes Iam desigjner. Menurut lo ?
Jadi Statement itu sudah sering banget gue denger, ketika memang tekhnologi sudah sedemikian pesatnya maju maka banyak orang yang memiliki pemikiran tersebut. Dan jujurnya itu gak salah, semua tinggal tergantung Kliennya saja. Mau menggunakan tipe desainer yang seperti apa.
Pada Video diatas, menit 31, pertanyaan yang sama keluar juga untuk seorang DJ. Dimana orang memiliki paradigma bahwa ngeDJ itu gampang kok, tinggal colok Flashdisk dan pura-pura sibuk. Nah masing-masing tinggal kembali kepada kliennya kalau gue bilang. Kalau memang si Klien memilih DJ yang tinggal colok flashdisk dan pura-pura sibuk aja yah gak apa apa juga kan ?
Tapi pada dasarnya gue bilang, dunia membuat desain sudah gue jalanin dari sejak tahun 2001. Perjalanan belajar sampai sekarang sudah banyak hal yang gue sudah kerjakan. Kalau mau lihat portofolio gue bisa lihat di Behance, ariefabian.
Memang termasuk baru gue membuat Akun Behance. Karena memang tadinya gue banyak bergerilya di Facebook, dan sekarang gue mulai coba kumpul-kumpulin portofolio gue lagi dan gue masukin ke Behance.
Kalau buat gue, apa yang gue kerjakan bukan hanya sekedar membuat sebuah karya visual saja. Melainkan gue memang banyak banget menghadapi tantangan, dimana gue juga harus selalu berusaha mendapatkan awarnes dari calon konsumen klien gue. Visual yang gue buat harus bisa sampai kepada audiens klien gue dan dimengerti. Itu bagian dari pekerjaan visual desainer.
Makanya gue bilang, seorang desainer, seharusnya bisa lebih banyak mendengarkan ketika memang kita menghadapi klien yang kita pegang. Dalam perjalanan gue membuat sebuah desain, baik logo, dan yang lainnya, maka pekerjaan gue adalah, gue lebih sering ngajak klien gue untuk ngopi bareng sama gue. Dan ditempat ngopi itu gue gak bawa laptop (sengaja).
Yang gue lakukan ditempat ngopi itu adalah, ngobrol. Yes, ngobrol. Gue chit chat dengan klien gue, ngobrolin banyak hal biasanya. Untuk mendapatkan apa sih yang diinginkan oleh Klien gue. Gue lebih banyak mengeksplore mulai dari pandangan dia tentang visual, refrensi dia tentang visual sampai dengan tipe calon konsumen dia yang akan dia raih perhatiannya.
Dari pembicaraan itu biasanya akan banyak mempengaruhi karya dari visual yang gue buat. Dari pembicaraan itu memang banyak yang bisa gue jadikan refrensi. Kalau memang gue kekurangan bahan dari jenis usaha yang dia akan kerjakan, maka biasanya gue cari buku tentang usaha yang dia (klien) gue kerjakan. Dan gue lebih nyaman buku dibandingkan browsing.
Itulah riset awal gue didalam mengerjakan sebuah pekerjaan visual. Dimana hasil riset itu yang akan gue jadikan landasan gue berfikir didalam membuat sebuah visual.
"Ah, Ribet amat, kalau kita datang kepercetakan bikin logo gak seribet itu ?"
Hasilnya beda, terserah lo mau percaya apa nggak. Dimana lo bikin sesuatu yang instan, maka pada perihal tersebut tidak akan terjadi emosional apa-apa terhadap pemiliknya. Jadi kalau buat gue, bikin logo, bagus atau tidak bagusnya sebuah gambar itu adalah relatif. Tapi memiliki emosional tersendiri itulah nilai plus yang harus dimiliki oleh seorang klien terhadap logo barunya.
Sebuah logo harus memiliki semangat bagi pemilik usahanya, sebuah logo harus bisa memiliki sisi emosional tersendiri kepada pemiliknya, bukan sebuah logo yang hanya sekedar visual yang keren, dan udah. Bukan hanya sekedar itu.
Sebuah visual yang memiliki emosional tersendiri maka gue meyakini itu akan long life (Panjang umurnya), dibandingkan dengan sebuah visual yang keren tapi dingin rasanya. Itu setidaknya gue membuat sebuah perjalanan riset terhadap visual yang gue bikin.
Biasanya ketika Project selesai dan gue preview visual kepada klien, maka klien akan bilang, Uanjiiiiing, lo nemu aja yah ....
Dan itu adalah hasil dari rangkuman riset gue, dari apa yang gue dengarkan selama berkali-kali dengan Klien gue, dan apa yang gue baca dari beberapa buku yang gue beli. Atau memang bisa juga gue baca dari internet tentang semangat yang sama dengan apa yang klien gue lakukan. Dengan begitu, maka visual itu akan memiliki emosional tersendiri bagi sipemiliknya.
Jadi banyak-banyak mendengarkan dan membaca adalah kunci dari keberhasilan sebuah visual kalau menurut gue. Terlepas nanti hasil visualnya biasa aja buat orang lain, gue gak peduli, yang penting buat klien gue visual itu memiliki arti penting buat dia. Dan memang tujuan gue bikin visual kan memang buat dia bukan buat orang banyak.
Kalau si empunya sudah sangat senang sekali dengan visualnya, maka dia akan membicarakan semangat itu kepada pekerjanya, partner bisnisnya, dan semua orang yang ada disekelilingnya tentang visual yang kita (gue dan klien gue) buat bersama-sama.
Makanya, kalau gue bilang, membuat visual itu jangan satu arah komunikasinya. Tapi harus dua arah. Pandangan klien, masukan klien, tantangan klien, harapan klien itu memang harus kita bisa jadikan bahan obrolan agar kita dapat mencapai kedalamannya untuk modal besar kita dalam membuat sebuah visual.
Nah, jadi kurang lebihnya sih kalau gue bilang kayak gitu. Terlepas lo setuju atau tidak, gue tidak dalam posisi mempengaruhi siapa-siapa. Masing-masing punya style, masing-masing punya cara, dan yang jelas masing-masing punya pasarnya sendiri-sendiri. Do the best, dan selalu tunjukkan karya terbaik lo kepada semua orang.
Salam Kreatif,
#ariefabian
Tapi pada dasarnya gue bilang, dunia membuat desain sudah gue jalanin dari sejak tahun 2001. Perjalanan belajar sampai sekarang sudah banyak hal yang gue sudah kerjakan. Kalau mau lihat portofolio gue bisa lihat di Behance, ariefabian.
Memang termasuk baru gue membuat Akun Behance. Karena memang tadinya gue banyak bergerilya di Facebook, dan sekarang gue mulai coba kumpul-kumpulin portofolio gue lagi dan gue masukin ke Behance.
Kalau buat gue, apa yang gue kerjakan bukan hanya sekedar membuat sebuah karya visual saja. Melainkan gue memang banyak banget menghadapi tantangan, dimana gue juga harus selalu berusaha mendapatkan awarnes dari calon konsumen klien gue. Visual yang gue buat harus bisa sampai kepada audiens klien gue dan dimengerti. Itu bagian dari pekerjaan visual desainer.
Makanya gue bilang, seorang desainer, seharusnya bisa lebih banyak mendengarkan ketika memang kita menghadapi klien yang kita pegang. Dalam perjalanan gue membuat sebuah desain, baik logo, dan yang lainnya, maka pekerjaan gue adalah, gue lebih sering ngajak klien gue untuk ngopi bareng sama gue. Dan ditempat ngopi itu gue gak bawa laptop (sengaja).
Yang gue lakukan ditempat ngopi itu adalah, ngobrol. Yes, ngobrol. Gue chit chat dengan klien gue, ngobrolin banyak hal biasanya. Untuk mendapatkan apa sih yang diinginkan oleh Klien gue. Gue lebih banyak mengeksplore mulai dari pandangan dia tentang visual, refrensi dia tentang visual sampai dengan tipe calon konsumen dia yang akan dia raih perhatiannya.
Dari pembicaraan itu biasanya akan banyak mempengaruhi karya dari visual yang gue buat. Dari pembicaraan itu memang banyak yang bisa gue jadikan refrensi. Kalau memang gue kekurangan bahan dari jenis usaha yang dia akan kerjakan, maka biasanya gue cari buku tentang usaha yang dia (klien) gue kerjakan. Dan gue lebih nyaman buku dibandingkan browsing.
Itulah riset awal gue didalam mengerjakan sebuah pekerjaan visual. Dimana hasil riset itu yang akan gue jadikan landasan gue berfikir didalam membuat sebuah visual.
"Ah, Ribet amat, kalau kita datang kepercetakan bikin logo gak seribet itu ?"
Hasilnya beda, terserah lo mau percaya apa nggak. Dimana lo bikin sesuatu yang instan, maka pada perihal tersebut tidak akan terjadi emosional apa-apa terhadap pemiliknya. Jadi kalau buat gue, bikin logo, bagus atau tidak bagusnya sebuah gambar itu adalah relatif. Tapi memiliki emosional tersendiri itulah nilai plus yang harus dimiliki oleh seorang klien terhadap logo barunya.
Sebuah logo harus memiliki semangat bagi pemilik usahanya, sebuah logo harus bisa memiliki sisi emosional tersendiri kepada pemiliknya, bukan sebuah logo yang hanya sekedar visual yang keren, dan udah. Bukan hanya sekedar itu.
Sebuah visual yang memiliki emosional tersendiri maka gue meyakini itu akan long life (Panjang umurnya), dibandingkan dengan sebuah visual yang keren tapi dingin rasanya. Itu setidaknya gue membuat sebuah perjalanan riset terhadap visual yang gue bikin.
Biasanya ketika Project selesai dan gue preview visual kepada klien, maka klien akan bilang, Uanjiiiiing, lo nemu aja yah ....
Dan itu adalah hasil dari rangkuman riset gue, dari apa yang gue dengarkan selama berkali-kali dengan Klien gue, dan apa yang gue baca dari beberapa buku yang gue beli. Atau memang bisa juga gue baca dari internet tentang semangat yang sama dengan apa yang klien gue lakukan. Dengan begitu, maka visual itu akan memiliki emosional tersendiri bagi sipemiliknya.
Jadi banyak-banyak mendengarkan dan membaca adalah kunci dari keberhasilan sebuah visual kalau menurut gue. Terlepas nanti hasil visualnya biasa aja buat orang lain, gue gak peduli, yang penting buat klien gue visual itu memiliki arti penting buat dia. Dan memang tujuan gue bikin visual kan memang buat dia bukan buat orang banyak.
Kalau si empunya sudah sangat senang sekali dengan visualnya, maka dia akan membicarakan semangat itu kepada pekerjanya, partner bisnisnya, dan semua orang yang ada disekelilingnya tentang visual yang kita (gue dan klien gue) buat bersama-sama.
Makanya, kalau gue bilang, membuat visual itu jangan satu arah komunikasinya. Tapi harus dua arah. Pandangan klien, masukan klien, tantangan klien, harapan klien itu memang harus kita bisa jadikan bahan obrolan agar kita dapat mencapai kedalamannya untuk modal besar kita dalam membuat sebuah visual.
Nah, jadi kurang lebihnya sih kalau gue bilang kayak gitu. Terlepas lo setuju atau tidak, gue tidak dalam posisi mempengaruhi siapa-siapa. Masing-masing punya style, masing-masing punya cara, dan yang jelas masing-masing punya pasarnya sendiri-sendiri. Do the best, dan selalu tunjukkan karya terbaik lo kepada semua orang.
Salam Kreatif,
#ariefabian
Comments
Post a Comment