Pengalaman Membuat Video Promo Produk The Mano 2

Yes, seperti gue bilang pada postingan sebelumnya, Kali ini chapter gue menempatkan gue didalam pembuatan video-videoan. Dimana kali ini gue diminta membuat sebuah video promo untuk produk yang bernama the mano. 

Produk The Mano ini merupakan produk lokal dari Tangerang Selatan dimana The Mano ini memproduksi sebuah tas. Gue diminta untuk membuatkan sebuah video yang bertujuan untuk promosi dari produk tersebut. 

Gue bangun studio buat gue syuting produk-produkan di rumah yang memiliki luas 170 Meter persegi. Disanalah kreatifitas gue tumpahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan syuting. Dimana gue membuat iklan atau video promo itu memiliki durasi tidak lebih dari 2 menit. 

Gue bikin dengan Background hitam dan model yang memang sudah kita rencanakan sebelumnya. 


MEMBUAT PERENCANAAN SEBELUM PRODUKSI (SYUTING) ITU PENTING

Kegiatan syuting itu sama halnya seperti kita membuka aplikasi photoshop atau Adobe Ilustrator. Dimana kita harus tahu dulu apa yang mau kita buat, baru kita bisa langsung mengerjakan pada software tersebut menjadi lebih mudah. kalau kita tidak tahu apa yang ingin kita buat, maka hasilnya akan menjadi cukup liar. Seperti yang kita tahu, bahwa otak manusia itu loncat-loncat, maka dari itu sebuah perencanaan menjadi sangat penting didalam proses pembuatan video promo ini. 

Kalau kita bicara sebuah perencanaan pada proses pembuatan video, maka kita akan mengacu kepada semua hal yang terjadi pada pra produksi atau pra syuting. Nah itu biasanya gue tetap menggunakan proses standard, minimal ada storyline bagus, bagus ada storyboardnya. 

Tapi kalau gue bilang, storyline udah cukup lumayan lah buat gue direct proses syuting. Pada chapter gue kali ini, gue mengumpulkan team digue adalah anak-anak muda semua. Nah, kebayang gak kesulitannya kayak apa. Ide mereka masih sangat liar. 

Jadi didalam proses pembuatan sebuah storyline untuk sebuah produk, kita memang harus mengetahui, siapa yang akan menonton video yang akan kita buat. Dengan begitu, kita bisa mengetahui gaya video yang akan kita buat. 

Kalau menurut gue, video sekarang banyak sekali stylenya. Dimana kita bisa tahu, platform sosial media saat ini untuk video sudah banyak sekali. Kita bisa riset, tentang target audiens yang akan kita ambil untuk menjadi viewer dari video yang akan kita buat. 

Selanjutnya, bagaimana menempatkan produk didalam sebuah video itu juga tidak kalah penting. Dimana proses pembuatan sebuah video promo, kita harus lihat strateginya. Mau hard sell atau mau soft sell. Dimana kita bisa membuat perencanaannya setelah kita tahu tujuannya tadi. 

Lalu selanjutnya, siapa yang akan ada didalam video tersebut (talent). Dimana ini juga bisa menjadi exposure tersendiri didalam hasil akhir dari video tersebut. Dimana kita bisa tahu nih, talent yang menarik juga menjadi daya tarik untuk menonton.

Riset mengatakan, bahwa wanita yang diletakkan didalam video sebagai talent itu akan lebih menarik dibandingkan dengan pria. Maka dari itu gue coba menggunakan talent wanita. 

Lalu setelah storyline atau storyboardnya jadi, maka yang gue lakukan berikutnya adalah briefing dengan talent yang akan in-frame didalam video. 

Baru setelah itu kita rencanakan kapan jadwal syutingnya, waktu berapa lama kita rencana syutingnya, dan sebagainya. Itu menjaga agar syuting tetap efisien. Untuk pembuatan video berdurasi tidak lebih dari 1 menit saja, proses syuting yang gue lakukan memakan waktu 1 hari. 

Lo bisa lihat proses behind the scene diatas. Gue udah dokumentasikannya untuk para pembaca blog gue ini. Di lanjut dari proses syuting barulah masuk ketahap sebuah paska produksi yaitu masuk ruang editing. Nah pada saat proses editing inilah, dimana proses produksi yang sesuai dengan perencanaan akan membuat lebih mudah proses editingnya. Dimana kita bisa lihat si editor akan mengikuti storyboard atau storyline awal. 

Biasanya ada penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan pada saat proses syuting tapi kalau menurut gue, yang ideal penyesuaian itu jangan sampai lebih dari 20% perencanaan. Karena kalau sudah lebih dari 20% maka biasanya akan banyak berubah dari rencana awal. 

Setelah proses editing, maka kita akan serahkan kepada klien kita sebagai hasil dari editing offline. Apa itu editing offline ? Editing offline adalah ediiting yang dimana kita baru jahit video yang akan kita buat, memberikan transisi sebagai bahan yang akan didiskusikan oleh klien. 

Dengan begitu jika memang ada yang harus direvisi, maka kita tidak sulit, karena memang itu gambar baru disusun. Nah setelah proses itu di approve barulah kita naikkan untuk editing online. Dimana pada proses editing online ini kita mulai memberikan efek motion grafik, lalu dilanjutkan dengan memberikan lower thrird, memberikan tittle jika ada, dan yang terakhir adalah gradding. 

Setelah itu, barulah hasil video akhir kita serahkan kepada klien. Dan jadinya sepertri ini : 


Ribet ? Kalau menurut gue sih nggak ribet. Kalau gue punya pandangan mendingan kita ribut didepan pada saat perencanaan dibuat, dibandingkan kita ribut dibelakang pada saat proses produksi sudah selesai kita kerjakan. Karena akan jauh lebih sulit ketika produksi sudah kita kerjakan baru kita berdebat karena kurang jelasnya proses didepan. 

Nah, alhamdulillah, semua video yang gue kerjakan belum pernah ada yang ribut setelah hasil akhir selesai. Karena memang semua kita buat sesuai dengan perencanaan awal. 


Salam kreatif, 

#ariefabian

Comments