Ketika seseorang dihadapkan kepada sebuah keputusan untuk akhirnya mengakhiri kegiatan rutinnya dalam bekerja, maka ketika itu juga si orang tersebut seperti baru menemukan kebebasan dalam dirinya. Kebebasan disini hanya tersandera oleh sebuah definisi bahwa orang tersebut sudah tidak perlu lagi menjalankan aktifitas rutinnya sehari-hari atau sering orang menyebutnya dengan bekerja.
Akan tetapi, mimpi buruk baru saja sebenarnya dia ciptakan sendiri atas kemerdekaan yang baru saja dia proklamirkan kepada dirinya sendiri. Maka bulan berikutnya, sudah hampir bisa dipastikan tidak akan mengalami ada saldo yang bertambah pada ATM-nya yang biasanya dia cek disetiap bulannya.
Banyak orang yang memotivasi diri untuk segera keluar dari kantor hanya untuk merdeka alias tidak lagi melakukan kegiatan sehari-harinya yang dimana mereka selalu mengutarakan kebosanan atas hidup yang terlalu teratur. Bangun jam 04.00 pagi, sholat shubuh, mandi, bergegas bergerak jalan kekantor dan sesampainya dirumah kembali pukul 19.00 WIB.
Tapi tidak banyak yang tersadar juga, ketika keputusan itu diambil merupakan sebuah langkah besar yang harus diambil beserta resikonya. Terkadang mereka lupa, kalau apa yang mereka rutinkan setiap hari menyebabkan pendapatan yang rutin disetiap bulannya. Mereka hanya sekedar mengikuti sebuah ego dalam dirinya hanya untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa dia telah memutuskan sesuatu yang besar dengan cara keluar dari pekerjaannya.
Tapi yang gue sayangkan, bahkan beberapa orang yang gue temui, ketika memang mereka sudah memutuskan hal tersebut, mereka tidak siap dengan apa yang akan diterimanya. Mengetahui beberapa hal teknis bukan suatu jaminan ketika keluar dari pekerjaan Anda akan bisa menghasilkan lebih dari apa yang kita dapatkan pada saat kita bekerja dikantor kita terdahulu.
Karena, kalau Anda fikirkan lebih bijak, ketika sebuah kantor bergerak dengan lebih dari 5 Divisi yang biasanya satu divisi diisi oleh 10 orang bahkan lebih maka ketika kita bekerja sendiri membangun usaha kita, kita harus bisa menjadi semua divisi itu sendiri.
Membuat produk mungkin sudah sangat dipahami dengan jelas oleh seorang yang memang bekerja pada bagian produksi, namun ketika Anda bisa membuat produk, maka belum tentu seseorang itu sendiri bisa memiliki bakat menawarkan bahkan memasarkan. Ketika sudah berbicara memasarkan, maka saat itu juga kita akan tersandung kendala dengan pendistribusian, hukum, aturan, regulasi, dan perihal lainnya yang tidak pernah kita duga sebelumnya ketika kita memutuskan untuk bergerak sendiri.
Di Indonesia ini gue sih bilang membuat sebuah usaha mudahnya hanya seperti membalikkan telapak tangan. Ingat yah, hanya membuka usaha saja. Tapi ketika merencanakan satu usaha dalam bentuk long life (panjang), maka tidak sedikit juga yang akhirnya terjebak dilubang-lubang yang memang terkenal sulitnya di negara kita.
Tapi memang itu gue katakan bukan sebuah pekerjaan yang "imposible", semuanya possible kok, hanya saja ukuran ketelitian dan kesabaran orang terkadang berbeda-beda. Seberapa uniknya produk yang Anda buat bukan berarti Anda akan mendapat jaminan akan kelangsungan usaha Anda itu sendiri. Ingat diluar sana banyak orang yang kapitalis mencari kesempatan dan mengambilnya dari tangan Anda walaupun Anda yang pertama kali melihat sebuah peluang yang menurut Anda hanya Anda yang bisa lakukan itu.
Jujurnya gue termasuk orang yang terjebak didalam sebuah lubang yang gue ceritakan diatas, hanya saja gue belum menyerah sampai saat sekarang. Hal yang membuat kuat adalah mendekatkan diri kepada orang-orang yang telah berhasil keluar dari lubang yang sama dimana tempat gue terjebak. Karena dengan begitu minimal kita bisa minta sebuah cerita dan menjadi semangat tersendiri bagi diri kita sendiri.
Gue udah sering banget melihat betapa mengagumkannya potensi yang dimiliki oleh kawan-kawan gue, sampai-sampai gue pernah berfikir, Andai ini adalah Amerika, maka Indonesia akan jauh lebih maju dari Amerika yang sekarang ini.
Hanya saja kita terkadang selalu tertidur ketika kita di nina bobokan oleh sebuah nyanyian yang merdu dan akhirnya gue lihat aksi pembunuhan karakter secara masal sering dilakukan. Akhirnya kita menjadi sosok pribadi yang cepat puas karena memang kita haus akan sanjungan. Ketika kita lengah maka orang lain diluar sana akan cepat tanggap memotong jalan kita dengan kekuatan penuh, dengan begitu maka kita akan kembali terjebak didalam sebuah lubang.
Kemampuan membangun diri seakan sudah mulai dilupakan dibandingkan dengan susupan teori-teori yang hanya membahas tentang ilmiah semata. Bahkan kita seperti disibukkan oleh diri sendiri, angkuh, bahkan menjadi sosok yang individualis, sepertinya tidak Indonesia banget.
Dimana dulu cerita yang selalu dibangun selalu berbicara tentang kemerdekaan Negara ini yang tidak pernah bisa direbut dengan cara orang per-orang. Melainkan dengan gotong royong, kerja sama, bahu membahu, tidak bicara ras, suku, agama atau apapun yang hanya akhirnya melahirkan keegoisan diri sendiri.
Kita sudah terlalu sibuk mengagungkan diri, ketika memang kawan kita disamping memiliki keahlian yang tidak kita miliki. Kita terkadang sibuk dengan sanjungan bahwa kita memang sangat menguasai pada satu bidang dan seakan-akan kita bisa membangun semuanya dengan tangan kita sendiri tanpa uluran tangan dari orang lain. Dan sepertinya memang dokrtin selfis itu memang ada yang membangunnya agar ini bisa terpecah-pecah kembali seperti teori pecah belah jaman penajajahan yang terdahulu.
Gue sih selalu berusaha berkunjung, berkumpul dan menyapa kawan-kawan yang memang mereka dulu pernah jalan bareng bersama gue. Menurut gue, semua gak akan bisa gue kerjakan sendiri. Gue sangat paham, bahwa kemampuan dalam bergerilya membangun sebuah usaha adalah dengan cara konglomerasi. Kita memang harus bisa berbaur dengan orang yang memang sama-sama dalam posisi kita.
Membuat satu perkumpulan walau tidak mengikrarkan diri menjadi sebuah komunitas, diskusi bersama, mendengarkan pengalaman merupakan guru terbaik yang pernah gue temui. Gue masih yakin bahwa pengalaman merupakan sebuah guru terbaik, maka gue sangat senang sekali ketika memang akhirnya gue bisa mendengarkan pengalaman orang yang sudah melewati jalan yang akan gue lewati.
Itu buat gue seperti "Cheat" kalau digame, atau memang itu seperti shortcut buat gue sendiri dalam menemukan sebuah jawaban atas pertanyaan yang terlintas pada jalan gue.
Memulai karir dengan membangun usaha sendiri itu sangat baik sekali. Memang gue sepakat jika ada orang yang menyebutnya seperti membuat sebuah kemerdekaan dalam diri kita sendiri, akan tetapi harus dibarengi dengan kesiapan kita dalam membuat sebuah strategi perang selanjutnya. Karena lebih susah mempertahankan kemerdekaan bukan dari merebutnya ?
Selamat berhari sabtu, semoga kita selalu ada didalam lindungan-NYA.
Selamat berkreatifitas kawan-kawan.
Salam Kreatif,
Arie fabian
Banyak orang yang memotivasi diri untuk segera keluar dari kantor hanya untuk merdeka alias tidak lagi melakukan kegiatan sehari-harinya yang dimana mereka selalu mengutarakan kebosanan atas hidup yang terlalu teratur. Bangun jam 04.00 pagi, sholat shubuh, mandi, bergegas bergerak jalan kekantor dan sesampainya dirumah kembali pukul 19.00 WIB.
Tapi tidak banyak yang tersadar juga, ketika keputusan itu diambil merupakan sebuah langkah besar yang harus diambil beserta resikonya. Terkadang mereka lupa, kalau apa yang mereka rutinkan setiap hari menyebabkan pendapatan yang rutin disetiap bulannya. Mereka hanya sekedar mengikuti sebuah ego dalam dirinya hanya untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa dia telah memutuskan sesuatu yang besar dengan cara keluar dari pekerjaannya.
Tapi yang gue sayangkan, bahkan beberapa orang yang gue temui, ketika memang mereka sudah memutuskan hal tersebut, mereka tidak siap dengan apa yang akan diterimanya. Mengetahui beberapa hal teknis bukan suatu jaminan ketika keluar dari pekerjaan Anda akan bisa menghasilkan lebih dari apa yang kita dapatkan pada saat kita bekerja dikantor kita terdahulu.
Karena, kalau Anda fikirkan lebih bijak, ketika sebuah kantor bergerak dengan lebih dari 5 Divisi yang biasanya satu divisi diisi oleh 10 orang bahkan lebih maka ketika kita bekerja sendiri membangun usaha kita, kita harus bisa menjadi semua divisi itu sendiri.
Membuat produk mungkin sudah sangat dipahami dengan jelas oleh seorang yang memang bekerja pada bagian produksi, namun ketika Anda bisa membuat produk, maka belum tentu seseorang itu sendiri bisa memiliki bakat menawarkan bahkan memasarkan. Ketika sudah berbicara memasarkan, maka saat itu juga kita akan tersandung kendala dengan pendistribusian, hukum, aturan, regulasi, dan perihal lainnya yang tidak pernah kita duga sebelumnya ketika kita memutuskan untuk bergerak sendiri.
Di Indonesia ini gue sih bilang membuat sebuah usaha mudahnya hanya seperti membalikkan telapak tangan. Ingat yah, hanya membuka usaha saja. Tapi ketika merencanakan satu usaha dalam bentuk long life (panjang), maka tidak sedikit juga yang akhirnya terjebak dilubang-lubang yang memang terkenal sulitnya di negara kita.
Tapi memang itu gue katakan bukan sebuah pekerjaan yang "imposible", semuanya possible kok, hanya saja ukuran ketelitian dan kesabaran orang terkadang berbeda-beda. Seberapa uniknya produk yang Anda buat bukan berarti Anda akan mendapat jaminan akan kelangsungan usaha Anda itu sendiri. Ingat diluar sana banyak orang yang kapitalis mencari kesempatan dan mengambilnya dari tangan Anda walaupun Anda yang pertama kali melihat sebuah peluang yang menurut Anda hanya Anda yang bisa lakukan itu.
Jujurnya gue termasuk orang yang terjebak didalam sebuah lubang yang gue ceritakan diatas, hanya saja gue belum menyerah sampai saat sekarang. Hal yang membuat kuat adalah mendekatkan diri kepada orang-orang yang telah berhasil keluar dari lubang yang sama dimana tempat gue terjebak. Karena dengan begitu minimal kita bisa minta sebuah cerita dan menjadi semangat tersendiri bagi diri kita sendiri.
Gue udah sering banget melihat betapa mengagumkannya potensi yang dimiliki oleh kawan-kawan gue, sampai-sampai gue pernah berfikir, Andai ini adalah Amerika, maka Indonesia akan jauh lebih maju dari Amerika yang sekarang ini.
Hanya saja kita terkadang selalu tertidur ketika kita di nina bobokan oleh sebuah nyanyian yang merdu dan akhirnya gue lihat aksi pembunuhan karakter secara masal sering dilakukan. Akhirnya kita menjadi sosok pribadi yang cepat puas karena memang kita haus akan sanjungan. Ketika kita lengah maka orang lain diluar sana akan cepat tanggap memotong jalan kita dengan kekuatan penuh, dengan begitu maka kita akan kembali terjebak didalam sebuah lubang.
Kemampuan membangun diri seakan sudah mulai dilupakan dibandingkan dengan susupan teori-teori yang hanya membahas tentang ilmiah semata. Bahkan kita seperti disibukkan oleh diri sendiri, angkuh, bahkan menjadi sosok yang individualis, sepertinya tidak Indonesia banget.
Dimana dulu cerita yang selalu dibangun selalu berbicara tentang kemerdekaan Negara ini yang tidak pernah bisa direbut dengan cara orang per-orang. Melainkan dengan gotong royong, kerja sama, bahu membahu, tidak bicara ras, suku, agama atau apapun yang hanya akhirnya melahirkan keegoisan diri sendiri.
Kita sudah terlalu sibuk mengagungkan diri, ketika memang kawan kita disamping memiliki keahlian yang tidak kita miliki. Kita terkadang sibuk dengan sanjungan bahwa kita memang sangat menguasai pada satu bidang dan seakan-akan kita bisa membangun semuanya dengan tangan kita sendiri tanpa uluran tangan dari orang lain. Dan sepertinya memang dokrtin selfis itu memang ada yang membangunnya agar ini bisa terpecah-pecah kembali seperti teori pecah belah jaman penajajahan yang terdahulu.
Gue sih selalu berusaha berkunjung, berkumpul dan menyapa kawan-kawan yang memang mereka dulu pernah jalan bareng bersama gue. Menurut gue, semua gak akan bisa gue kerjakan sendiri. Gue sangat paham, bahwa kemampuan dalam bergerilya membangun sebuah usaha adalah dengan cara konglomerasi. Kita memang harus bisa berbaur dengan orang yang memang sama-sama dalam posisi kita.
Membuat satu perkumpulan walau tidak mengikrarkan diri menjadi sebuah komunitas, diskusi bersama, mendengarkan pengalaman merupakan guru terbaik yang pernah gue temui. Gue masih yakin bahwa pengalaman merupakan sebuah guru terbaik, maka gue sangat senang sekali ketika memang akhirnya gue bisa mendengarkan pengalaman orang yang sudah melewati jalan yang akan gue lewati.
Itu buat gue seperti "Cheat" kalau digame, atau memang itu seperti shortcut buat gue sendiri dalam menemukan sebuah jawaban atas pertanyaan yang terlintas pada jalan gue.
Memulai karir dengan membangun usaha sendiri itu sangat baik sekali. Memang gue sepakat jika ada orang yang menyebutnya seperti membuat sebuah kemerdekaan dalam diri kita sendiri, akan tetapi harus dibarengi dengan kesiapan kita dalam membuat sebuah strategi perang selanjutnya. Karena lebih susah mempertahankan kemerdekaan bukan dari merebutnya ?
Selamat berhari sabtu, semoga kita selalu ada didalam lindungan-NYA.
Selamat berkreatifitas kawan-kawan.
Salam Kreatif,
Arie fabian
Comments
Post a Comment