Perbedaan Bisnis dengan Dagang ala Penjual Kopi Tenis Indoor


Beberapa waktu yang lalu gue sempat survei lokasi di Tenis indoor untuk acara yang akan akan gue kerjakan bulan ini. Gue menemukan sebuah lapak-lapak kecil yang berada disekitaran Tennis Indoor, mereka biasanya menjual kopi bersama dengan rotinya.

Seru nih kalau memang kita bisa sedikit meluangkan waktu untuk berbincang dengan mereka. Karena jujur aja, gue sering mendapatkan pengalaman baru dari hasil berbincang-bincang dengan orang yang memiliki pengalaman.

Pertanyaan mereka adalah : "Mau bikin acara apa dek ?"

Gue kasih tahu kepada mereka bahwa gue akan mengadakan acara untuk 24-25-26 maret nanti. Lalu mereka menanyakan apakah mereka diperbolehkan tetap berjualan pada saat acara gue berjalan nanti, dan gue jawab nanti akan coba gue bicarakan kepada client.

Kalau dari gue pribadi sih inginnya mereka tetap berjualan, asal memang mereka diletakkan ditempat yang kita sediakan. Selama itu tidak mengganggu layout mereka akan tetap memilki fungsi sebagai pelengkap. Pada saat acara berlangsung, para supir akan menunggu para hadirin acara, mereka bisa duduk-duduk dengan membeli kopi yang mereka sediakan. (itu kalau keinginan gue)

Gue tanya sama mereka, sudah berdagang berapa lama di tenis indoor, jawaban mereka fantastis rata-rata mereka sudah berdagang lebih dari 5 tahunan. Mereka juga berbicara lebih suka berdagang dari pada berbisinis.

Karena mereka rata-rata memiliki suami yang melakukan bisnis flora didaerah rawa belong, maka mereka bisa memberikan komparasi antara berdagang dengan berbisnis. Ketika gue tanyakan kepada mereka, apa perbedaannya berdagang dengan berbisnis, jawaban mereka unik juga.

"Bedanya dagang sama bisnis itu, kalau dagang 1=1 =2 kalau berbisnis belum tentu hasilnya 2. Bisa jadi hasilnya 1=1 = -1 atau 1+1=4"

Gue cukup paham dengan istilah yang mereka sampaikan dengan analogi "1+1", dan memang gue rasakan juga kalau gue komparasi dengan kawan-kawan gue berdagang.

Gue tersenyum kecil mendengarkan argumen yang disampaikan oleh sang ibu ini. Dan gue juga sepakat dengan apa yang dikatakan oleh ibu ini tentang teori 1+1 nya.

Berdagang memiliki keuntungan dalam presentase yang cukup besar. Dari mereka biasanya masih bisa bermain diatas angka 40% tapi dengan transaksi kecil berkelanjutan. Jika bisnis kita hanya memiliki margin paling bagus 30% dengan total angka transaksi yang lebih besar dari berdagang, namun terkadang kita dihadapkan dengan posisi mengeluarkan uang terlebih dahulu karena memang harus melakukan lobi-lobi.

Maka dari itu terkadang 1+1=-1 sepengalaman gue sih terkadang apa yang kita keluarkan untuk biaya lobi belum tentu jadi projeknya. -1 jadi hasil akhir dari penambahan 1+1.

Gue banyak diajarkan oleh beberapa kawan yang sudah duluan berkecimpung didunia bisnis. Mereka pun selalu mengatakan hal seperti ini dengan bahasa yang berbeda tentunya. Dalam berbisnis ini kita seperti menanam bibit, buahnya akan kita bisa lihat tidak dalam waktu saat itu juga. Karena ada proses branding, mengenalkan diri secara terus menerus, menancapkan kepada orang banyak tentang keahlian kita, dan memang terkadang apa yang kita sampaikan tidak bisa langsung berbuah pada saat bersamaan.

eh, gue kok jadi bengong gara-gara satu tambah satu, akhirnya gue ambil kopi gue dan seruput dulu ah, sambil melihat isi whats app dari client yang menyatakan sudah sampai di tenis indoor. Oke, saatnya beraksi .......




Salam Kreatif,
Arie fabian

Comments