Berbicara Tentang Adab Ketimuran (Erosi Budaya)


Apa yang terlintas didalam benak kita, ketika gue bertanya akan gambar yang berada diatas tulisan gue ini ?, Yup, Rumah tua, setua Negara kita yang sudah memasuki usia setengah abad lebih. Kita akan mengenang kembali rumah diatas pada saat dulu kita masih sering melihat rumah tua seperti ini dibeberapa belantara kota Jakarta. 

Kita sama-sama sepakat, bahwa tidak ada yang mengkhawatirkan ketika bangunan tua itu masih kokoh berdiri diatas sebuah tanah, sudah menjadi wacana yang luar biasa, ketika bangunan tersebut mampu bertahan sebegitu lamanya hingga sekarang.

Belum lama juga kita mendengar, betapa kuatnya sebuah bangunan mesjid yang berdiri kokoh diantara bencana tsunami yang terjadi di Aceh, dan kalau mau dilihat bangunan itu sudah ada sejak beberapa puluh tahun yang silam.

Sayang, bangunan itu tidak nampak seperti kebudayaan di Indonesia. Ketika adab ketimuran kita masih terjaga dengan rapih dan memang sopan santun dan tata krama begitu indahnya bisa kita lihat. Gue masih melihat betapa banyak etika yang tersusun rapih membuat sebuah adab yang dilandasi dengan sikap kesadaran yang luar biasa.

Orang berbuat jahat masih banyak pertimbangannya, tetap menjaga adab kespoanan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, gue masih punya rasa segan ketika berhadapan dengan orang yang usianya jauh diatas gue, tapi sekarang gue lihat, secara perlahan-lahan itu mulai luntur pada saat sekarang ini.

Apakah ini permasalahan yang serius ?
Menurut gue sih ini sangat serius yang memang harus ditangani dan segera dibuat penanganannya sebelum semakin jauh kita melangkah tanpa tujuan.

Menurut gue, kemajuan suatu bangsa itu memang tetap harus terjadi tanpa harus menelanjangi diri sendiri. Bahkan kita terkesan meninggalkan jati diri mengejar sebuah bangsa yang tidak memiliki jati diri. Bebas bukan berarti tanpa batas, gue selalu bilang, ketika kebebasan tanpa batas diberikan kepada orang yang tidak mengerti sepenuhnya akan kebebasan, maka ia akan berjalan tersesat jauh dan semakin jauh.

Batasan itu harus ada, batasan itu tetap harus dibuat, Batasan itu akhirnya yang menjaga tatanan sebuah bangsa sehingga mengerti arti menghargai jati diri.

Kita bisa melihat, ketika anak-anak kecil mulai memperlihatkan kelakuan yang didasari oleh rasa bebas yang tidak ingin dibatasi. Tapi alhasil, sungguh luar biasa portofolio yang mereka tunjukan kepada kita semua. Kematian Yuyun seorang gadis kecil yang diperkosa masal, dipertontonkan oleh mereka kepada kita semua.

Yuyun merupakan hanya salah satu dari kasus yang berawal dari kata bebas, disamping Yuyun masih banyak lagi korban yang berjatuhan dikalangan anak-anak muda kita sebagai generasi penerus Bangsa.


Kemana sila kedua dalam Pancasila, yang berbicara tentang Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ?, beradab seperti apa yang bisa kita lihat melalui tayangan horor tentang Yuyun ?

Luar biasa, ketika membunuh sudah tidak ada rasa menyesal, ketika memutilasi sudah dianggap perihal yang tidak menakutkan kembali, ketika menyakiti sudah tidak menyentuh hati Nurani, lalu kemana para pemimpin Negeri ini ?

Apa yang ditunggu, ketika korban sudah banyak berjatuhan, apalagi yang akan diamati ketika memang sudah banyak orang sebegitu gampangnya menghilangkan nyawa sesama. Mau jadi apakah Negara ini ketika ini terus dilakukan pembiaran ?

Ironis, gue melihatnya, ketika kemajuan bangsa ini diiringi dengan banyaknya berjatuhan korban seperti ini. Buat Pak Komandan, segeralah atur tentang batas kebebasan yang harus mereka ketahui, segeralah bertindak dan lakukan sesuatu, karena orang kayak gue ini cuma bisa menunggu sebuah kebijakan yang akhirnya bisa menjadi ketertiban umum yang diatur oleh sebuah aturan.

Gue sebagai orang tua terkadang miris, kalau membayangkan bagaimana jika perihal itu terjadi sama anak gue. Gue yakin, semua orang tua akan merasakan hal yang sama dengan gue. Jadi sudah saatnya kita membuat sebuah aturan yang menjaga hulu untuk mencegah hilirnya.

Lebih baik kita mencegah, agar kasus-kasus seperti ini tidak mudah lagi terjadi. Dimana memang akhirnya semua orang dapat kembali kepada kodratnya, yaitu memiliki rasa "malu" ketika ingin melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya kepada orang lain.

Gue percaya kita semua, khususnya Bangsa ini akan mampu menghadapi erosi budaya yang sedang terjadi pada Negeri kita sendiri. Mudah-mudahan ini menjadi agenda khusus bagi mereka yang memang memiliki kepentingan untuk membuat sebuah aturan untuk segera melakukan yang terbaik untuk Bangsa ini.

Ayo Pak segera laksanakan, jangan ditunda kembali. Tegas tidak selalu otoriter kok, Tegas bukan berarti akan disamakan dengan arogan, yang jelas tegas untuk menjaga kestabilan moral dan perilaku sebuah Bangsa itu menjadi kehormatan bagi Bangsa itu sendiri.





Salam Kreatif,
Arie Fabian

Comments