Harus Inovasi Atau Mati


Membangun sebuah usaha di Negeri sendiri memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Gue banyak berdiskusi dengan orang yang memiliki usaha yang memulainya dari 0, dan bagi mereka di Indonesia ini bangun usaha susah-susah gampang, kalau versi dari cerita mereka. Gue pun sebenarnya memiliki pengalaman demikian, walau usaha gue belum berskala Nasional, cuma rasa itu banyak banget gue dapatkan dari pengalaman gue. 

Kuncinya kita dapat bertahan pada usaha yang kita buat adalah Inovasi (kalau menurut pengalaman pribadi gue). Terkadang kita membuat sebuah usaha dengan sebuah pemikiran yang biasa saja lalu akhirnya dapat berjalan usaha tersebut, tidak cukup membuat usaha itu akan panjang umur. Gue udah sering mengamatinya. 

Sebagai contoh, ketika kita membuka sebuah usaha salon mobil, kita ekspnasikan ke sebuah Mall-mall besar di Jakarta, lalu ternyata usaha tersebut membuahkan hasil yang cukup lumayan mumpuni, suatu hari akan datang kompetitor yang asalnya dari darah dagingnya sendiri. 

Gue cukup takjub dengan kreatifitas orang kita, ketika melihat seseorang maju dalam mengembangkan sebuah usaha, maka orang yang lainnya tidak tinggal diam. Jadi ada seseorang pernah bercerita dengan gue, suatu ketika salon mobil tersebut dikunjungi oleh client, lalu client tersebut mendekati karyawan yang vital pada usaha tersebut. Lalu entah dia berbicara apa dengan client tersebut,  selang waktu beberapa bulan karyawan itu mengundurkan diri lalu tidak lama kemudian dia membuka usaha yang sama dengan kawan saya tersebut (salon Mobil). 

Jika sudah seperti ini bagaimana kita mengatasinya ? 
Menyalahkan orang tersebut bukan jalan keluar untuk pengembangan usaha kita. Yang jelas kita harus siap dengan kompetitor yang lahir dari darah daging kita sendiri. Suka atau tidak suka ini harus kita hadapi. 

Bukan satu orang pemilik sebuah usaha saja yang bercerita demikian, bahkan gue sendiri juga mengalaminya. Cuma kalau dari gue sendiri tidak pernah mempermasalahkan, silahkan, kalau akhirnya dia bisa sukses dan dapat mengatasi pengangguran lebih banyak lagi, maka gue sangat seneng kok. Karena cita-cita gue bisa membantu sesama agar yang tidak bisa diterima kerja dikantoran mereka ada kreatifitas yang bisa mereka karyakan bersama gue. 

Lalu mengatasi persaingan seperti itu bagaimana ? 
Jawaban gue cuma satu, INOVASI untuk usaha gue. 

Jangan diam, jangan cepat merasa puas, lakukan hal yang lebih, lebih dan lebih lagi. Jadi lawan tidak bisa mengukur kemampuan kita secara utuh. Walaupun dia membuka usaha yang sama dengan gue, tapi pengembangannya pasti akan jauh berbeda dengan usaha yang gue buat. Terkadang gue melihat, apa yang akan happening untuk tahun depan dan dua tahun berikutnya, pada usaha yang gue kembangkan. 

Dengan begitu gue bisa dapat bertahan dimata client-client yang pernah gue tangani. Sebagai contoh, gue selalu kaitkan teknologi didalam usaha gue. Menciptakan solusi dengan cara menggunakan teknologi. Hal yang baru selalu gue tawarkan sehingga terkadang membuat satu ketertarikan client untuk menggunakan jasa gue. Dengan begitu maka apa yang gue lihat terkadang tidak pernah memiliki patern yang monoton, sehingga cuma gue sendiri yang tau mau kemana gue arahkan kemudi ini. 


Dalam usaha yang gue tekuni satuannya adalah ide. Dimana gue harus terus mencari ide yang bagus untuk dijadikan solusi kepada client-client gue. Maka dari itu terkadang agak sulit menciptakan hal yang sama dengan apa yang gue fikirkan. 

Waktu itu kawan gue menciptakan hal yang sama dalam bidang usaha seperti gue, tapi tepatnya tahun lalu usaha yang dibuatnya kandas sekarang dia kembali bekerja kepada orang lain. 

Perihal kedua yang gue rasakan adalah sesuatu yang sangat penting, menjaga hubungan. Ketika memang seorang client berasa nyaman dengan gue maka gue gak mau menyia-nyiakan kesempatan yang dia berikan kepada gue. Gue akan selalu berusaha memberikan yang terbaik yang gue punya agar bisa memberikan kenyamanan kepada client gue. 

Dengan begitu siapapun yang buka, dan berusaha mengambil client kita dengan menawarkan harga yang lebih murah pun, maka gue sih percaya diri dia gak akan pindah kelain hati. Karena disini bukan lagi bicara permasalahan harga, tapi kepercayaan yang didasari dengan rasa nyaman. 

Tanggung jawab penuh menjadi bagian dari penjaga rasa nyaman itu sendiri. Gue berani bilang kepada client gue, kalau setiap pekerjaan yang gue udah sanggupi, maka gue persilahkan client gue untuk berbaring istirahat, maka semua pekerjaannya Inshaa Allah beres gue kerjain. Gue akan pasang badan untuk apa yang udah berani gue ambil. 

Dengan begitu maka kita menjadi Unik dan satu-satunya. Bukan berarti apa yang gue kerjain tidak ada lagi orang yang bisa kerjakan, banyak kok. Yang gue lakukan gue yakin siapapun bisa mengerjakannya, tapi bicara tanggung jawab gue berikan secara full kepada setiap client gue. Kekurangannya gue adalah, ketika pekerjaan itu tidak bisa gue selsaikan secara 100% maka gue akan bilang kepada mereka (client). 

Jadi begini, ketika ada pekerjaan yang seharusnya waktu normal pengerjaan itu memakan waktu 10 hari kerja, maka client gue hanya punya waktu 5 hari kerja, maka gue akan bicarakan bahwa pekerjaan ini bisa tetap selesai, akan tetapi gue gak berani menyampaikan pekerjaan ini akan sama bagusnya dengan pengerjaan 10 hari kerja. 

Lebih baik buat gue jujur, daripada gue menyampaikan sesuatu yang berlebihan yang akhirnya nanti akan jadi bumerang buat gue sendiri. Gue udah cukup banyak pengalaman berbicara tentang berbicara yang berlebihan yang mengakibatkan client gue jadi memiliki ekspektasi yang berlebihan. 


Jadi kalau bicara mau buat usaha yang panjang untuk ceritanya, untuk pengembangannya gue saranin sih harusnya ada didalam diri kita sendiri. Walaupun kita punya divisi litbang, atau pengembangan sendiri. Tetap saja akhirnya kita harus memutuskan kemana jalannya usaha yang kita telah bangun untuk kedepannya. Jangan mudah ditebak dengan membuat patern yang monoton, karena kompetitor kita akan membaca patern tersebut. 

Biar usaha bisa berjalan tanpa adanya kita, tapi tetap DNA perusahaan itu harus ada pada diri kita. Itu pesan dari seorang kawan gue kepada gue. Kalau sudha DNA nya hanya ikut-ikutan Trend maka usaha itu akan musiman belaka alias Seasonal. 

Yah itu sih dari pengalaman gue sendiri dan berbincang dengan orang-orang yang gue temuin aja. Mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk para pembaca blog pribadi gue ini. 





Salam Kreatif, 
Arie Fabian

Comments