Estetika Solusi


Gue cuma bangun sebuah usaha kecil-kecilan yang gue beri nama Fabian Project. Tapi sekecil apapun itu, yang namanya sebuah usaha yang bergerak dibidang jasa, maka semua pasti ujungnya adalah menyediakan solusi.

Nah kata "SOLUSI" inilah yang agak sulit menemukan sebuah barometernya. Ketika kita menawarkan sebuah jasa yang memang penyelesaiannya cukup panjang, maka biasanya solusi itu akan bercampur aduk.

Ada beberapa hal yang biasanya gue olah pada saat kita mengerjakan pekerjaan untuk pembuatan desain dan sejenisnya. Gue dapat pelajaran ini biasanya dalam mengerjakan Company Profile Perusahaan, Buku Annual Report Perusahaan dan sebagainya.

1. Kenali Masalah kita dengan Benar. 

Terkadang kita tidak mengenal permasalahan kita dengan benar. Semua Desainer yang bekerja sama dengan gue pasti membidik masalahnya meleset. Jadi buat gue memang harus mengerti substansi dari masalah itu sendiri. Kenapa tercipta masalah itu, kemana arahnya kalau kita menyelesaikan masalah itu merupakan hal yang harus bisa kita analisa sendiri.


2. Blend dengan mereka.

Walaupun setiap Perusahaan kita memiliki segudang aturan, pada saat kita mengerjakan pekerjaan yang panjang pengerjaannya, maka hal yang harus dipahami adalah cara kerja mereka terlebih dahulu. Gue akan ikuti cara kerja dan cara pandang mereka dahulu baru biasanya ditengah-tengah gue masukkan beberapa cara kerja gue. Karena menurut gue, kalau memang kita mengerjakan pekerjaan jasa, maka kita harus bisa bantu client kita untuk menemukan goalnya.

Maka kita harus melihat bagaimana mereka mengolah segala sesuatunya, lalu kita compare dengan cara kita, lalu barulah kita arahkan mereka kedepan gawang agar bisa menendang bola kearah gawang dan Goal.

Tetap saja dibeberapa kondisi mereka akan meminta pandangan kita sebagai orang yang memang pernah atau sering melakukan itu atau yang disebut oleh banyak orang adalah pengalaman. Sebanyak apapun pengalaman gue atau team gue dalam mengerjakan pekerjaan yang biasa kita lakukan, kalau itu tidak bisa mengantarkan client kita kepada goalnya maka itu akan menjadi hal yang sia-sia kalau menurut gue.

Blend diatas gue artikannya adalah menyampur. Baik secara tindak-tanduk client, secara pemikiran, dalam mengambil keputusan atau apapun. Nah disinilah biasanya peran para desainer dituntut lebih, lagi-lagi kalau menurut gue.

Gue dituntut bisa memulai pembicaraan untuk memancing client gue untuk berbicara tentang indah, bagus, keren, harapan dia, dan sebagainya. Walaupun brief awal sudah gue terima, namun brain storming jauh lebih penting daripada brief itu sendiri.

Brief adalah benda mati yang tidak memiliki rasa, sedangkan manusia yang menulis brief itu adalah benda hidup yang bisa diajak berbicara. Makanya biasanya gue selalu mengadakan pendekatan kepada client gue untuk membuat satu barometer tentang goalnya client.


3. FUN 

Tetap, perbedaan bekerja secara formal dan secara kreatif pasti ada bedanya. Kalau bekerja bareng sama gue, FUN tidak boleh dihilangkan. Karena memang kalau seorang desainer kehilangan kekanak-kanakannya, maka dia akan sulit sekali mendapatkan sebuah imajinasi.

Arie fabian
Gue sering banget bekerja dengan para desainer, dan memang mereka harus terus dijaga jiwa kekanak-kanakannya. Mereka harus fun dalam mengerjakan segala sesuatunya. Dan Dateline itu fun banget menurut mereka. Asal memang kita bisa mengarahkan mereka kepada sistematis yang benar, maka biasanya memang mereka tidak pernah lewat dari dateline itu sendiri.

4. Selalu berkoordinasi

Yang terakhir buat gue adalah tetap in touch baik sama team dan client. Untuk team selalu jaga mood dari team kita, kalau memang turun kita harus segera bisa naikkan, dan memang kalau mereka lagi on fire kita harus bisa memilihkan mana yang bisa kita gunakan mana yang tidak.

Untuk client, gue selalu koordinasi untuk menyelesaikan step by step pekerjaan yang sudah mereka berikan. Gue biasanya akan membuatkan sebuah timeline-timeline dan proses yang sudah gue kerjakan agar lebih mudah bisa kita jaga komitmen menyelesaikan pekerjaan ini secara bersama-sama.

Gue sadar dengan benar, sehebat apapun gue, atau siapapun itu, menurut gue, gak akan bisa kita menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh client kita itu sendirian. Gue ngalamin berkali-kali, menurut gue sebuah pekerjaan jasa, yang ideal memang dikerjakan oleh kita sebanyak 80% dan sisanya tetap 20% nya adalah client.

Gue merasa gak akan sanggup kita menyelesaikan semuanya sebanyak 100% atau 99% karena memang kalau jasa tetap kita harus melihat ideal itu dari mata mereka (client). Karena itu memang dituntut penataan bahasa yang baik, melihat kondisional (moodnya client), menyusun kata-kata yang akan kita tanyakan kepada client.

Kalau kita tidak susun maka kita akan dibilang tidak mengerti permasalahannya, kita akan dibilang lambat, kita akan dibilang ...... apa saja suka-suka client-nya. Kalau memang kita bisa mengatur ritme komunikasi dengan client kita maka semuanya relatif aman.

Setidaknya hal diataslah yang membuat gue mampu menyelesaikan beberapa pekerjaan yang diberikan oleh client. Dan Alhamdulillah sampai saat ini, gue mampu menyelesaikan 90% pekerjaan dari client yang percaya dengan pekerjaan gue.

10% nya lagi tidak selesai biasanya dikarenakan dari client-nya sendiri tidak komitmen untuk menyelesaikan pekerjaannya dia. Menurut gue sih itu hal yang sangat wajar, karena memang kita gak akan bisa menjadi 100% karena memang gue yakin gue pasti memiliki kekurangan.

Diakhir cerita, menurut gue sebuah pekerjaan selesai itu tetap harus memiliki komitmen dari kedua belah pihak. Sangat mustahil kalau itu dilakukan atas salah satu komitmen itu harus selesai. Jadi akan tercipta sebuah solusi jika memang client ikut berkomitmen dengan kita agar kita bisa menyelesaikan permasalahannya.Itulah indahnya bekerja dengan kreatifitas, memberikan sebuah estetika untuk solusi yang gue tawarkan kepada setiap client-client gue.




Salam Kreatif,
Arie fabian

Comments