Cetak buku dengan digital dan Offset


Mengerjakan buku PP Persero di Fabian Project memang memiliki kesan tersendiri. Dimana proses pengerjaan yang sudah dilakukan sudah hampir 3 bulan. 

Kejadiannya pada saat akan naik cetak, dimana para big bos nya ingin membuat bukunya 2 versi dari awal perencanaan satu versi. Dua versi itu nantinya akan dibuat menjadi : Versi umum dan Versi Khusus. Dimana perbedaan versi ini terdapat pada bab dihalaman tengah. Untuk Versi umum akan dicetak sebanyak 600 buku dan untuk versi khusus dicetak 73 buku.

Jadi jika untuk umum maka Bab yang ditengah menjadi tidak ada, untuk khususnya memiliki bab dihalaman tengah. Nah pertanyaannya kan tinggal nyetaknya gimana tuh ?

Kalau dari client sudah pasti tidak mau pusing pokoknya tinggal jadi kayak gitu, nah tinggal gue yang harus berfikir keras untuk bisa membuat itu menjadi terlaksana. Karena memang nomer halaman pasti beda antara dua versi tersebut. Karena memang halaman tengah yang dihilangkan, berbeda kasusnya jika itu adanya dihalaman belakang.

Yang kedua adalah teknik cetakannya juga harus direncanakan dengan baik, kalau tidak akan terjadi pembekakan biaya. Buku yang gue buat ini adalah 600 halaman. Nah kalau halaman tengah yang dihilangkan ada dihalaman 229, maka setelah bab tersebut akan berbeda halamannya antara yang versi khusus dan versi umum.

Gue minta diadakan rapat untuk agenda pembahasan biaya dengan opsi yang gue tawarkan. Di hari sebelumnya gue membahas kepada tim produksi gue, dan akhirnya memang ketemu ide.

Gue kasih solusi adalah mengkombinasikan percetakannya, dengan cetak offset dan cetak digital. Pada halaman yang akan dicabut dilakukan proses cetak dengan menggunakan digital dan sisanya menggunakan cetak offset.

Karena dengan mengkombinasi kedua jenis percetakan ini maka kita akan mendapatkan sebuah biaya produksi yang efisien. Kalau 73 buku dicetak menggunakan offset maka akan terjadi pembekakan biaya, karena memang untuk offset itu sendiri proses cetak menggunakan plat. Maka total biaya untuk pembuatan plat dan jasa cetak akan menjadi sungguh menjadi luar biasa.

Nah masalah yang kedua, harsat (harga satuan) dari buku yang hanya cetak 73 buku untuk 600 halaman akan jauh sekali perbedaannya dengan harsat 600 buku. Dimana kalau harsat 600 buku adalah sekitar 250 ribuan, maka untuk yang 73 buku menjadi 900 ribu satu bukunya. Itu sudah dicetak dengan menggunakan digital. Jika dicetak menggunakan offset sudah pasti lebih dari 2 juta harga persatu bukunya.

Gue udah nebak ini akan menjadi sumber pertanyaan, bagaimana bisa harganya sedemikian jauhnya. Karena memang mereka orang awam yang sama sekali tidak mengerti akan percetakan. Itulah gunanya gue meminta diadakan pertemuan untuk membahas permasalahan biaya.

Lalu didalam pertemuan tersebut maka gue menjelaskan proses dan bagaimana terjadinya biaya yang berbeda sangat jauh tersebut. Alhamdulillah mereka bisa mengerti dengan diakhir pembicaraan pada rapat, mereka meminta diperbolehkan untuk compare kepada percetakan lainnya. Lalu gue bilang dengan senang hati silahkan.

Hari berikutnya pihak dari PP cabang 3 menelpon gue dan bilang kalau baiya yang gue ajukan disetujui oleh mereka. Gue ketawa kecil, lalu bertanya kepada pihak PP, berapa harga yang dia dapatkan dari competitor atau percetakan lainnya. Dia bilang kegue kalau harga yang dia dapatkan dari percetakan lainnya itu sangat jauh sekali dari yang gue tawarkan.

Akhir kata gue masih berjuang lagi untuk membereskan pembuatan Final Artwork dan mounting untuk persiapan cetak (pra cetak).

Jadi intinya memang menurut dari pengalaman gue, untuk penetapan biaya produksi untuk printing memang harus sangat paham dalam prosesnya. Jika tidak maka kita akan mengalami biaya yang sangat besar untuk produksinya. Proses Offset dan Digital memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri dari segi biaya. Maka dari itu kita memang harus cermat dalam membuat sebuah perencanaanya.




Salam kreatif,
Arie fabian

Comments

Post a Comment