Privacy diri dan Internet


Mari kita coba kembali kepada sebelum tahun 2000-an, dimana internet belum seperti sekarang. Coba kita bayangkan dulu, dimana pada saat itu menanyakan tentang nama kita, alamat kita, dan juga tentang Nomer telpon kita merupakan hal yang sangat Privacy banget. 

Lalu coba kita kembali lagi ke masa sekarang, dimana data itu sudah bisa kita dapatkan dengan mudah dengan kita mengakses sosial media.Tanpa ragu banyak sekali yang mereka berikan kepada Facebook, padahal Facebook akan menyebarkan data Anda kepada orang banyak.

Dari dulu sampai sekarang, gue tetap aja ada data yang gue anggap privacy, gue gak akan share kepada orang banyak karena memang takut disalah gunakan. Gue cuma berfikir, gak semua orang baik dalam menyikapi data-data kita yang share kepada internet.

Pasti suatu saat nanti akan ada orang yang tidak bertanggung jawab menyebarkan data kita kepada orang yang memang punya niat buruk. Kalau gue liat-liat sekarang, bukan cuma informasi yang disebarkan, sampai gambar rumahnya sendiri dia posting di Facebook atau sosial media lainnya.

Jadi kalau kita berfikir jadi penjahat sekarang, kita tinggal tungguin aja gambar-gambar target kita, lalu kita simpulkan menjadi rutinitas aktifitasnya targetnya kita. Disitu maka akan terdapat celah lengah target.Jadi Penjahat sekarang lebih mudah membuat sebuah analisis dibandingkan penjahat jaman dulu.

Kalau dulu harus mundar-mandir guna mengetahui aktifitas sipemilik rumah, dengan bahasa yang mereka gunakan adalah menggambar rumah. Setelah mengetahuinya maka mereka tinggal eksekusi. Lama mereka memantau, bisa memakan waktu sampai 3 bulan. Pertanyaannya kok gue tahu ? Yah itu bayangan gue aja.

Kalau saat sekarang ? 

Butuh waktu seminggu maka mereka sudah bisa dapat gambarannya.Dengan mudah mereka mengawasi target mereka.

Nah, maka dari itulah, gue cuma mau ngingetin aja, batasilah penggunaan internet untuk memberikan data-data pribadi kita. Dulu ada orang yang bilang, kalau gue gak serius usaha pada saat gue menjadi freelancer desainer. Mereka bilang diwebsite gue gak ada alamat studio gue. Pada waktu itu studio desain gue gabung sama rumah.

Gue tetap gak mau share, tapi kalau memang gue udah tau siapa dia, calon client, atau memang sudah jadi client, gue ajak juga kok untuk duduk ditempat gue dan ngobrol-ngobrol tentang konsep. Tapi kalau nyebarkan itu sama saja buat gue bunuh diri. Karena bukannya semua orang client gue.

Dan juga gak semua orang yang liat website gue bertujuan mau membeli jasa gue. Nomer telpon yang jelas sudah gue share atau gue kasih diwebsite gue. Kalau memang serius mereka bisa menghubungi gue dan janjian ditempat yang kita sepakati bersama.

Kalau memang gue nyaman dan memang sesuai menjadikan itu transaksi lo mau lihat studio gue biar lo percaya bahwa pekerjaan gue bener, gue oke aja.

Mari coba kita pilih dan pilah, jangan semuanya dishare ke publik. Jangan juga hal negatif yang dishare kepada sosial media. Karena memang disana banyak orang dan belum tentu juga mereka memiliki niat seperti yang Anda bayangkan.

Dan dengan mudahnya (tanpa bayar) data kita sudah dirampok oleh sosial media dan mereka tidak membayar apapun selain membangun platformnya. Dan tanpa sadar data kita telah dijual kepada calon client mereka untuk pemasangan iklan. Mereka memberikan data-data kita untuk jualan mereka, tanpa kita diberikan profit apapun.

Nah, bijaklah berinternet, bijaklah dalam menshare hal-hal yang Anda inginkan kepada publik. Mari kita terus positif didalam menggunakan internet.




Salam Kreatif,
Arie fabian

Comments