Gak bisa berubah apa gak mau berubah ?


Hasil tulisan ini adalah buah dari diskusi gue dengan kawan. Dimana dia bertanya tentang kehidupannya yang gak ada perubahan. Dan jadilah tulisan ini. 

Gue masih agak canggung jika membuat sebuah vlog untuk menyampaikan sebuah informasi tentang apa yang ada dikepala gue. Masih lebih nyaman menulis, yah jadi menulis aja deh, walaupun tulisan gue juga masih jauh dari para penulis blogger yang keren-keren. 

Jadi kembali kepada topik, kawan gue datang ketempat gue lalu dia mempertanyakan tentang gue yang terus mendapatkan client yang lumayan-lumayan. Dia bingung bagaimana caranya bisa naik untuk bisa dipercaya agar mendapatkan client yang seperti gue.

Kalau gue bilang ini sebenernya kayak penyakit laper mata kalau kita jalan ke mall aja sih. Melihat rumput tetangga lebih ok lalu dia ngiri ingin memiliki rumput tetangga tersebut. Tapi dia meyakinkan gue untuk mendapatkan jawabannya, agar dia bisa berubah.

Gue tarik dulu benang masalahnya :
" Dia pengen punya klien yang seperti klien gue"

Lalu gue kasih pertanyaan, kenapa dia pengen punya klien seperti gue ?
Jadi intinya dia jawab, dia ingin ada tantangan baru, udah mulai jenuh bermain retail seperti yang dia jalani sekarang.

Lalu pertanyaan gue selanjutnya adalah, " Lo gak bisa berubah atau gak ingin berubah ? "
Jawabannya dia adalah pengen berubah banget.

Kalau gue sih lihatnya dia gak pengen berubah. Dia cuma pura-pura mau seperti gue tapi sebenarnya gak ingin. Kenapa gue bilang demikian, karena kalau memang dia ingin, dia sudah memulai bukan bertanya. Sesudah memulai baru bertanya, nah kalau sebaliknya maka sebenarnya dia gak ingin untuk berubah.

Dalam sebuah siklus perubahan sudah pasti ada resiko, ada cost yang harus dibayar. Dimana dia sudah sangat paham itu. Satu-satunya jalan lo mau meninggalkan retail kepada bisnis branding maka ada cost yang harus dibayar. Dia harus berani meninggalkan pekerjaan kecilnya pelan-pelan untuk terus fokus mengerjakan pekerjaan yang dia inginkan (gue juga gak tau pekerjaan besar kayak apa yah).

Nah, kebanyakan ketika kita bertransformasi, mengalami sedikit kegagalan, rasanya shock. Lalu berfikir, ah enakan main retail, resikonya gak gede, dan akhirnya dia akan balik lagi kepada bidang yang lama. Maka proses transformasinya akan gagal total, karena sebenarnya dia terlalu takut untuk meninggalkan zona nyaman.

Jadi intinya kan dia gak mau berubah bukan gak bisa. Siapapun mau seperti apapun bisa harusnya. Gue yakin banget akan hal itu. Tapi kalau sudah nyaman sama tempat lamanya maka dia gak akan pernah bisa bertransformasi. Makanya fikrikan terlebih dahulu jika memang mau beranjak pergi dari core yang lama atau dari bisnis yang lama menuju yang terbaru.

"Jangan-jangan kita yang takut meninggalkan zona nyaman". 
"Jangan-jangan kita sendiri yang membuat kita gak sampai ketujuan yang ingin kita capai". 
"Jangan-jangan kita terlalu takut dengan kegagalan". 
"Jangan-jangan kegagalan bukan kita anggap fiksi". 
"Jangan-jangan imajinasi kita yang terlalu bagus membuat gambaran tentang kegagalan". 
"Jangan-jangan kita sendiri yang gak mau berubah". 

Nah hal-hal itulah yang harus difikirkan kepada diri lo sendiri dulu baru lo datang lagi bertanya. Diatas retail itu sangat mengandalkan pelayanan, walaupun diretail itu juga sama-sama melayani. Tapi kalau gue itu beneran memberikan pelayanan kepada client, karena memang gue targetin client gue adalah orang-orang yang sibuk.

Jadi demi client gue gak sibuk, maka gue harus merelakan waktu gue untuk sibuk buat dia. Sudah pasti produk memang harus standard dengan produk yang lain. Disamping pelayanan maka riset terus menerus juga perlu dilakukan. Terutama tentang kesiapan produk yang akan kita berikan kepada client.

Kita harus setiap hari mengontrol kompetitor, kita harus up to date, bukan cuma tentang produk, melainkan juga tentang berita yang sedang hangat, berita politik, olahraga, sedikit otomotif. Jadi mereka biasanya memang seneng banget kalau ngajak ngobrol dan kita bisa nyambung dengan obrolan mereka. Mulai dari bola sampai dengan berita capres dan cawapres mereka biasanya obrolin.

Lalu mereka juga sangat perlu dengan penjelasan kita secara teknis, kenapa gak bisa, kalau begini gimana, kalau begitu gimana, dan sebagainya. Kita harus menjelaskan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka. Mereka gak mau denger bahasa yang ribet-ribet. Jadi intinya lo harus bisa konversi bahasa teknis menjadi sebuah analogi yang masuk akal.

Lalu yang selanjutnya, lo siapin waktu deh. Karena mereka ngajak konseling jam 12 malam, jam 1 pagi, dan kita harus siap dengan jawabannya.

"Ah masa, sampai separah itu rie ?"

Karena gue fun dengan apa yang gue jalanin, maka gue gak berasa itu parah sih. Kecuali memang kalau gue udah tidur, biasanya besok paginya gue telpon, dan itu harus, wajib, kudu.

Nah, menurut gue sih itu aja. Kalau memang kita mengandalkan produk kita dibidang jasa, maka pelayanan memang harus kita berikan yang terbaik. Dan bidang gue sedang gue usahakan adalah 60% jasa dan 40% barang.

Walaupun sampai saat ini belum berhasil, tetap gue terus usahakan. Gue coba lebarin jasa yang gue punya, yah dengan riset di internet lah, dengan main ketempat kawan, lihat kebutuhan industri, dan sebagainya.

Dan yang paling penting dari semuanya, berhasil atau tidak, semua tergantung dari diri kita sendiri. Gue gak pernah peduli dengan orang yang menganggap gue lebih berhasil dari si Anu, karena gue memang gak mau bersaing dengan siapa-siapa. Gue malah terbalik, gue pengen berteman dengan semua kompetitor gue.

Bukan gak mau dikritik, kalau dikritik mah gue seneng, apalagi kritik pedes yang dari daerah sumatera (oh itu kerpik yah). Intinya buat gue kritik itu adalah vitamin, itu adalah suplemen, kritik adalah guru yang sangat baik. Dan gue gak pernah marah.

Lakukan dengan fun, lakukan dengan sepenuh hati, maka seberat apapun kita gak akan pernah merasa berat. Itu kalau kata dilan.

Jadi memang intinya gue sih gak percaya dengan mencontek seseorang sampai berambisi pengen jadi orang itu sepenuhnya, itu salah besar. Karena kita adalah spesies unik yang diciptakan dengan kelebihannya masing-masing. Gue gak mau jadi siapa-siapa, gue tetep mau menjadi diri gue sendiri, walaupun gue punya refrensi.

Enak kok, enjoy aja. Rugi, untung, makian, pujian dan sebagainya anggap itu semua sama. Dengan begitu kita bisa teliti dalam hal mengevaluasi langkah kita. Dengan begitu kita bisa mawas diri, dan selalu perbaiki, perbaiki, dan perbaiki.

Dan dia pun tertidur kayak didongengin. Akhirnya gue juga mengambil inisitatif untuk ikutan tidur juga. Besok dia bertanya lagi, dan gue bilang, nanti baca diblog gue aja yah. Gue tulis lengkap.




Salam Kreatif, 
Arie fabian

Comments